Cerita Dewasa Terbaru - Gadis Polos dan Surga yang Menanti

Cerita Dewasa Terbaru - Gadis Polos dan Surga yang Menanti
Mbah Sukro adalah dukun sakti yang tinggal di desa pedalaman di lereng gunung di pulau Jawa. Usianya diatas 60 tahun. Badannya kurus, namun masih sehat. Ia adalah dukun sakti yang menguasai dunia perdukunan sehingga tidak ada yang berani melawannya.


Ia termasuk dukun yang kaya raya karena ia tak segan-segan mematok harga tinggi bagi para kliennya. Uang bukanlah pantangan baginya. Yang menjadi pantangan saat ia belajar ilmu saktinya adalah ia sama sekali tidak boleh berhubungan intim dengan wanita. Apabila melanggarnya, maka kesaktiannya akan hilang seharian sampai matahari terbenam hari berikutnya.

Cerita Dewasa - Menikmati Mahkota Ima

Cerita Dewasa - Menikmati Mahkota Ima
Aku biasa dipanggil Adi dan usiaku sekarang 32 tahun. Aku sudah beristri dengan 1 anak berusia 2 tahun. Kami bertiga hidup bahagia dalam arti-an kami bertiga saling menyayangi dan mencintai. Namun sebenarnya aku menyimpan rahasia terbesar dalam hidup berumahtangga, terutama rahasia terhadap istriku.


Bermula pada saat beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih berpacaran dengan istriku. Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Ima (sebut saja begitu). Ima dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar.



Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 3


Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus

Sebelumnya - Part 2 

Mama kini terdiam dengan nafasnya yang mulai teratur, kupikir Mama mau istirahat dulu atau malah tertidur. Lalu kuangkat pantatku pelan-pelan untuk mencabut batangku yang masih menancap. Akan tetapi, Mama dengan sigan menahannya dengan tangannya yang masih memelukku. Mama memiringkan tubuhnya sehingga kini tubuhku berada disampingnya sambil tetap berpelukan.

Dengan mata yang masih terpejam, Mama berkata dengan lirih, “Mass, biarkan saja punyamu itu di dalam, rasanya enak, seperti ada yang mengganjal”, sambil mencium bibirku mesra dan kami pun tertidur.

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 2

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 2

Selanjutnya - Part 3

Sebelumnya - Part 1

 

“Ayoooo Maas….cepat bawa Mama ke kamar”, katanya lagi, tanpa berfikir panjang akhirnya kubopong Mama dan kuangkat ke tempat tidurnya. Kuperlakukan Mama dengan lembut, hati-hati kubaringkan Mama dengan posisi terlentang. Kulihat, mata Mama masih tetap terpejam meski nafasnya yang cepat sudah sedikit mereda.

Saat itu aku ak tahu haru berbuat apa, akhirnya kuputuskan untuk tiduran di samping Mama. Sambil menggosok-gosok rambut, kupandangi Mama, aku takut terjadi apa-apa terhadapnya, meski seringkali tak sengaja mataku menengok tetek Mama yang masih menyembul keluar dari bajunya itu. Aku jadi tenang, ketika nafas Mama perlahan semakin teratur.

Tak lama kemudian mata Mama mulai terbuka pelan2 dan ketika melihatku ada disampingnya, Mama tersenyum manis sambil tangannya dieluskan ke wajahku.

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 1

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 1

Selanjutnya - Part 2

“Mah, kemana saja sih kok sudah sebulan ini baru datang” ? tanyaku sengit ketika Mama ku datang mengunjungiku di Bandung. "Ahh Mama dah dapat pengganti papa ya? Sampe gak sempat datang kayak dulu lagi. Aku gak mau kalau dapat papa baru" kataku.

Dia pun terlihat kaget karena aku sedikit marah, sore itu Mamaku baru datang dari Jakarta dengan rasa bersalah dia meminta maaf karena sibuk dengan pekerjaanya beliau juga mengatakan kalau masih tetap sayang denganku, aku pun sedikit bisa meredam amarahku.

“Masak sih Mas (Mama selalu memangggilku Mas sejak aku masih kecil), kamu enggak percaya sama Mama? Mama terlalu sama kamu, Mas. Jadi jangan curiga lagi seperti itu”, katanya ter isak sambil menciumi pipiku dan akhirnya kami berpelukan.

Cerita Dewasa - Menikmati Tubuh Mahasiswa KKN


Cerita Dewasa - Menikmati Tubuh Mahasiswa KKN


Hai, namaku Bambang. Aku tinggal di Yogya tetapi tidak di kotanya melainkan hanya di pedesaan pinggiran kota gudeg itu. Karena tidak mempunyai uang untuk kuliah jadi aku selama beberapa bulan ini setelah pengumuman kelulusan SMU hanya menganggur saja di rumah. 

 
Cerita ini merupakan kejadian nyata di suatu desa T***** di pinggiran kota Yogya pada tahun itu, dan ini menjadi sebuah trauma di desa saya, sehingga saya memberikan nama-nama samaran supaya tidak merugikan pihak lain.


Pada pertengahan bulan Maret tahun itu, desaku kedatangan sekelompok mahasiswa yang akan melakukan KKN. Mungkin karena ini baru pertama kalinya desaku jadi tempat tujuan KKN sehingga penduduk desaku sangat gembira mendengar akan ada mahasiswa yang akan ikut membantu meringankan beban dalam membangun desa kami terutama kepala dusunnya.

Kebetulan rumah tinggal yang di pinjamkan oleh kepala dusun untuk sekelompok mahasiswa itu bersebelahan dengan rumah saya, sehingga secara otomatis saya jadi dapat berkenalan dengan mereka. Mereka beranggotakan delapan orang, lima di antaranya cowok, tiga yang lainya cewek. Kebanyakan mereka bukan orang Yogya asli. Mereka ada yang berasal dari Bandung, Sumatra, dan Sulawesi, cuma satu orang yang berasal dari Yogya.

Mereka ditugaskan oleh kepala dusun desa saya untuk membangun sebuah kamar mandi umum untuk sarana desa yang selama ini belum terbangun. Setiap hari, ketika mereka sibuk dengan pekerjaan mereka, aku selalu memperhatikan salah satu anggota cewek dari ketiga mahasiswi tersebut. Ia bernama Sari, usianya sekitar 22 tahun, lebih tua 3 tahun denganku saat itu. Tingginya sekitar 167 cm, asalnya dari Bandung. Para pembaca tahu sendiri kan kalau orang Bandung umumnya berkulit putih mulus.

Aku selalu memperhatikan Sari karena tubuhnya yang indah dan bahenol itu, ia memakai BH yang berukuran mungkin sekitar 34 atau lebih, karena memang payudaranya sangat menonjol, apalagi saat kerja ia hanya mengenakan kaus ketat dan memakai celana gunung hanya pada bagian atasnya saja, mungkin karena panas sehingga bagian bawahnya tidak dipakainya saat bekerja, meskipun saat berdiri hanya sampai lutut, tetapi saat berjongkok atau duduk bersila, pahanya yang putih mulus itu sangat terlihat jelas dan saat berkeringat, BH-nya terlihat jelas karena tercetak terkena keringat. Aku jelas sangat tergoda dan bernafsu, apalagi di desaku jarang melihat cewek putih secantik dia.

Suatu ketika, saat mereka sedang bekerja keras, entah mengapa Sari minta diantarkan temannya ke tempat tinggalnya yang berjarak sekitar 200 m dari tempat kerjanya, aku langsung mengikutinya karena hanya gadis itulah yang aku sukai tubuh seksinya.

Sesampai di rumah mereka, Silvi teman Sari yang mengantarkannya, diminta Sari untuk segera kembali ke teman-temannya untuk membantu pekerjaan yang sedang mereka kerjakan agar cepat selesai. Mungkin karena kelelahan, ia langsung pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.

Karena rumah yang ditempatinya bukan termasuk rumah orang kaya maka kamar mandinya pun juga sederhana sekali, pintunya saja hanya terbuat dari seng yang tidak bisa tertutup rapat, bagian bawahnya terbuka sekitar 5 cm, dan bagian kanan atau kiri pintu juga mudah diintip. Aku sudah hafal dengan bentuk kamar mandi ini karena aku sering mengintip diam-diam dua anak Pak Kadus yang masih SMP dan SMU saat mereka mandi. Meskipun mereka berwajah manis tetapi masih kalah putih dan seksi dibandingkan si Sari.

Aku masuk lewat halaman belakang karena kamar mandinya juga terletak di halaman belakang. Mungkin karena sudah merasa aman setelah pintu depan ditutup dan dikunci rapat, ia mandi dengan santai sambil menyanyi-nyanyi lagu pop Britney Spears kesukaannya. Saat aku mulai mengintip, ia sedang berjongkok untuk kencing sehingga aku mulai khawatir kalau-kalau ia melihatku sebab ia berjongkok menghadap pintu depan kamar mandi sedangkan aku mengintipnya dari bawah pintu. Tetapi untungnya ia hanya melihat ke bawah lantai.

Saat ia kencing itulah aku merasa terangsang. Vaginanya terlihat jelas karena terbuka lebar dengan bulu-bulunya yang keriting dan lebat, dan yang paling kusukai dari dia tentunya adalah karena ia masih perawan. Aku jadi ingin merasakan bagaimana rasanya vagina cewek yang masih perawan karena selama ini aku hanya berpacaran dan berhubungan intim dengan wanita yang sudah tidak perawan dan tidak secantik dia.

Setelah ia selesai mandi, aku ingin segera keluar dari rumah itu, tapi karena hari itu hujan, aku terpeleset saat memanjat tembok dan menyenggol pot tanaman hingga ia langsung keluar dari kamar mandi dengan hanya menutup handuk untuk melihat suara apa itu dan langsung memergokiku.

“Loh Mas, kok disini, lagi ngapain kamu Mas?”.

“Eh.. Emm.. Aku ee.. Lagi manjat tembok tapi kepeleset”, ujarku beralasan.

Karena sudah tak tahan melihat tubuhnya yang putih mulus dan wangi itu aku mendekatinya dan tanpa basa-basi langsung kusekap mulutnya. Dengan mudah aku dapat meringkusnya dengan mengikat tangannya karena di tempat itu terdapat banyak tali-tali tambang, dan kuseret dia ke dalam kamar tidur entah milik siapa. Di situ aku buka ikatannya dan langsung kurebut handuknya sehingga ia telanjang bulat.

“Jangan Mas, jangan, kita kan tetangga”, ia hanya dapat menangis dan memohon-mohon saat aku melepaskan semua bajuku.

“Emang gue pikirin, aku dah nggak tahan ngeliat tubuh seksi lu!!”, bentakku.

Pistolku yang berukuran 18 cm ini langsung tegak menodong ke arahnya. Aku langsung menubruk dia. Karena ia melakukan perlawanan terpaksa aku menampar dan sedikit mencekiknya, karena hanya dengan cara inilah ia akhirnya dapat lemas dan menyerah tanpa membuat lecet kulit putih mulusnya. Aku mulai menciumi bibir tipisnya dan menjilati wajahnya sambil meremas-remas payudara dan memelintir putingnya, lalu aku melumat payudara dan menggigiti putingnya.

“Aah.. Aah sakit Mas!”, rintihnya lalu aku mulai meletakan penisku di atas vaginanya.

“Jangan digituin Mas, ampun Mas”, ia memohon sambil mengeluarkan air matanya.

“Santai aja Mbak, enak kok”

“Jangan Mas, jangan.. Aacchh.. Aacch.. Uucch sakit.. Ooch!!”, ia menjerit kesakitan saat aku berusaha keras memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang masih tertutup rapat.

Lalu kubalik posisi tubuhnya sehingga ia berlutut dan kutampar-tampar pantatnya hingga memerah, sambil kujilat-jilat pantat mulusnya.

“Wow, pantat Mbak indah juga, bulet tapi juga sekal banget”

Saat hampir kumasukkan penisku ke duburnya tiba-tiba pintu terbuka dan ada orang masuk. Sari tahu bahwa itu pasti temannya sehingga ia langsung berterika meminta tolong. Orang itu mendengar teriakan Sari lalu langsung menuju kamar ini hingga ia terkejut bukan main begitu juga denganku

“Hey, sedang apa kau?”

“Eh.. Mm anu aku..” aku bingung menjawabnya.

Sari sempat lega melihat salah seorang temannya datang. Teman pria Sari itu sempat ingin marah ketika Sari akan kusodomi. Tetapi ketika ia melihat kemolekan tubuh Sari, ia jadi terdiam sesaat. Mungkin ia juga terangsang, karena saat aku melihat bibirnya ia mengucapkan kata “Wow” dengan lirih secara tidak sengaja. Tanpa disangka ia lalu malah memberi suatu penawaran kepadaku.

“Kalo lu ngasih aku bagian dari tubuh sexy ini, aku nggak bakalan ngomong ama tetangga sebelah, OK?”

“Oh boleh saja, kita nikmati bareng-bareng aja.” tentu saja aku setuju dari pada dikeroyok masa.

Dia langsung membuka bajunya yang sudah basah terkena hujan.

“Loh, Hen kamu ini gimana sih, aku ini temanmu” Sari merasa kecewa ketika ia melihat temannya itu sedang mengeluarkan batang kejantanannya dari CD-nya.

“Iya aku juga tau lu ini temanku, tapi kan cuman teman KKN aja dan selama ini aku selalu terangsang ngeliat tubuh lu saat ngintip lu mandi, he.. he.. he”, ujarnya.

Aku langsung melanjutkan kegiatanku tadi. Saat Sari masih berdebat dengan temannya, langsung saja kumasukkan penis 18,5 cm-ku ini ke lubang duburnya.

“Hendi, kamu ini kurang aj.. Aacchh.. Aach.. Oocch!!” ia menjerit kesakitan.

“Ooch.. Aacch.. Yes wauw biar seret tapi enak tenan Sar duburmu!!”, ujarku.

Temannya pun tak tinggal diam, ia langsung menyodorkan batang kemaluannya ke wajah Sari.

“Nah Sar entot nih kontolku, ha.. ha.. ha!!”, ia memaksa membuka mulut Sari dengan menjambaknya.

“Please Hen, please.. mmph.. mmphh!”.

Sari merasakan siksaan sampai hampir muntah, karena memang ia belum pernah mengulum penis seseorang. Kugenjot-genjot penisku, karena aku senang jika melihat payudaranya bergoyang-goyang.

“Aach.. Oocchh.. Yes!!”.

Akhirnya kusemprotkan cairan spermaku ke lubang duburnya. Si Hendi pun ikut menyemburkan cairan kentalnya ke mulut Sari dan memaksanya untuk menelan semuanya dan menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel di penisnya. Lalu kami beristirahat sebentar sambil merokok dan menonton film porno di ruang tengah. Lalu temannya yang ternyata bernama Hendi itu mampir ke warung sebelah untuk membeli vitamin penambah tenaga dan obat kuat.

Setelah 30 menit, hari masih hujan lebat sehingga teman-temannya yang lain kemungkinan masih akan lama pulangnya. Kami pun meneruskan memperkosa Sari. Ia mengira penderitaanya sudah berakhir karena saat aku menghampirinya, ia sudah memakai CD-nya kembali. Ia pun terkejut saat aku menghampirinya sehingga ia melakukan sedikit pemberontakan tapi tidak berhasil lalu langsung kutampar hingga jatuh dan Hendi melepaskan kembali CD-nya.

“Tolong sudahi saja Hen, aku sudah cape”, mohonnya.

“Hey aku kan belum nyoba vagina lu tau!”

Hendi berbaring telentang di kasur dan mengangkat tubuh Sari dengan posisi tengkurap menghadap dirinya, dan langsung menghujamkan penisnya ke vaginanya.

“Aacchh.. Uucchh.. Sst tolong, udah aja Hen, sakit..!”, rintihnya.

Tanpa kutunggu-tunggu, aku langsung ikut menunggangi tubuh Sari dan memasukan penisku ke vaginanya sehingga penisku dengan penis Hendy bergesekan dalam satu vagina hingga lapisan klitoris Sari robek dan berdarah.

“Aacchh.. Aacch.. Uucch.. Sstt aduuh sakit banget, toloong!!”

Setelah sekitar 25 menit, Hendi menyemprotkan spermanya dulu lalu mencabutnya, dan tubuh Sari kubalikkan telentang. Lima menit kemudian ganti aku yang menyemprotkan cairan hangat dan kentalku. Aku pun lemas dan menindih tubuh seksinya tapi tidak langsung mencabut penisku dari vaginanya. Sari pun juga sudah sangat lemas tidak berdaya.

Karena hujan sudah mulai agak reda, Hendi langsung mengeluarkan HP-nya dan memfoto bagian-bagian vital tubuh telanjang Sari untuk mengancam Sari agar tidak membuka mulut kepada siapapun. Lalu kami memakaikan bajunya. Saat kemudian 2 orang lagi temannya datang, kami terlihat sedang menonton TV bersama.

Meskipun wajah Sari terlihat sedih, mereka tidak mengetahui dan tidak mempedulikannya karena memang hubungan mereka belum begitu akrab sebab mereka semua berbeda jurusan apalagi baru saling kenal beberapa hari. Tetapi beberapa hari kemudian, Sari akhirnya mengaku kepada keluarganya bahwa ia telah diperkosa oleh saya dan temannya saat KKN, sehingga kami pun ditangkap oleh polisi dan dipenjara selama 2,5 tahun.

Setelah kejadian itu, warga desa saya menjadi trauma karena takut kejadian itu akan terulang lagi dan itu telah memperburuk nama desaku. Sejak saat itu jika ada KKN lagi, penduduk desa saya meminta para anggota KKN khususnya cewek harus berpakaian sopan dan tidak merangsang, karena pemuda di desaku memang jarang keluar desa, sehingga agak mudah terangsang jika melihat cewek cantik dengan pakaian yang sedikit menggoda.

Cerita Dewasa Terbaru - Kisahku sebagai Gadis Polos

Cerita Dewasa Terbaru - Kisahku sebagai Gadis Polos
Aku merupakan seorang anak yang beruntung. Ayahku memiliki kedudukan tinggi di kantornya, sedangkan Ibuku seorang juru rias wajah terkenal. Bahkan, Ibuku sering menjadi pembicara di mana-mana.

Sayangnya, dengan semua itu, mereka menjadi orang yang terlalu sibuk. Aku juga memiliki kakak perempuan, namanya Luna, terpaut 2 tahun denganku. Ya, setidaknya aku memiliki teman untuk mengadu tentang apapun. Akan tetapi, akhir-akhir ini, intensitas kita berbagi cerita semakin mengurang. Entah, kenapa, aku juga tak tahu, mungkin karena dia memiliki pacar baru.

Saat aku masuk SMA yang sama dengan kak Luna, ia sudah duduk di kelas 3. Bukannya sombong, tetapi kenyataan bahwa banyak teman-teman yang naksir padaku. Bahkan teman-teman kak Luna. Kata mereka, aku ini cantik, walaupun aku merasa biasa-biasa aja (dalam hati bangga juga hehe).
Rambut hitam bergelomang, mata bulat, dan bibir tipis dipadukan dengan tubuhku yang bongsor dibalut kulit putih bersih. Ya, mungkin bisa dibilang ideal. Dan karena tubuhku yang bongsor, payudaraku terlihat lebih besar dibanding teman-teman seumuranku. Kadang suka malu juga saat olahraga, karena saat lari gunung-gunung ini bergoyang kesan kemari mengikuti gerakanku. Padahal hanya berukuran 34B saja.

Mas Igun, nama seorang teman kakakku, sering sekali main ke rumah. Ibuku sangat dekat dengan orangtuanya karena memang sudah saling mengenal cukup lama. Bahkan anaknya ini, mas Igun, sudah dianggap seperti saudara sendiri. Dia kadang menonton tv, membaca, sampai tidur siang pun sudah biasa dilakukan di rumah. Katanya, lebih enak di sini, nyaman, ada AC- nya.

Pada suatu Minggu, aku di rumah sendirian. Seperti biasa, Ibu dan Ayah pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan mereka. Kak Luna sedang liburan bersama teman-temannya. Dan kebetulan, pembantuku, sedang pulang kampung. Sebenarnya, aku diajak oleh Ibuku untuk ikut, tetapi karena PR menumpuk dan harus segera diselesaikan, aku menolak ajakan itu.


Baru berpikir jika sendiria, tiba-tiba terdengar bunyi derit rem sepeda. Dan kulihat, Mas Igun sedang menyandarkan sepedanya di garasi. Dengan tubuhnya yang masih basah dengan keringat itu dia mendatangiku, 
"Habis muter-muter nih, mampir ya, mana Kak Luna?". tanyanya padaku yang masih memperhatikan tubuhnya yang dibalut kaos ketat itu.
Aku menyuruhnya masuk dan kuceritakan bahwa semua orang di rumah pergi keluar kota. Kami pun ngobrol di ruang tamu sambil nonton TV. Ya, setidaknya ada Mas Igun yang menemaniku sekarang.Mas Igun ini suka iseng kepadaku. Tangannya seringkali menggelitik pinggangku sehingga aku kegelian. Aku protes. 
“Datang-datang…, mengganggu saja. Mending bantuin aku ngerjain PR”.
Eh…, Mas Igun ternyata nggak nolak, dengan seriusnya dia mengajariku, satu persatu aku selesaikan PR-ku. 
“Yess! Rampung!”, aku menjerit kegirangan.
Saking senangnya karena PR-ku yang begitu banya dapat selesai dengan cepat, Aku melompat dan memeluk Mas Igun,
“Makasih Mak Agun”. Nampaknya Kak Agun kaget juga, dia bahkan nyaris terjatuh di sofa.
“Nah…, karena kamu sudah menyelesaikan PR-mu, aku kasih hadiah” kata Mas Igun. 
“Apa itu? Coklat?”, kataku. 
“Bukan, tutup mata dulu”, kata dia. Aku agak heran tapi mungkin akan diberi surprise terpaksa aku menutup mata.


Tiba-tiba aku kaget, karena bibirku rasanya seperti dilumat dan tubuhku terasa dipeluk erat-erat. “Ugh…, ugh…”, kataku sambil berusaha menekan balik tubuh Kak Agun. 
“Alit…, nggak apa-apa, hadiah ini kubirikan karena Mas Igun sayang Alit”. 
Rasanya tubuhku tiba-tiba lemas sekali, belum sempat menjawab bibirku dilumat lagi.

Kini aku diam saja, aku berusaha rileks, dan lama-lama aku mulai menikmatinya. Ciuman Mas Igun begitu lincah di bibirku membuatku semakin menikmatinya. Tangannya mulai memainkan rambutku, diusap lembut dan menggelitik kupingku. Aku jadi geli, tapi saat itu aku merasa berbeda. Rasanya seperti ada perasaan lain yang muncul. Entah apa, aku tak tahu.


Kembali Mas Igun mencium pipiku, mataku, keningku dan berputar-putar di sekujur wajahku. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Perasaan asing ini semakin meningkat. Napasku mulai tak beraturan seiring detak jantungku yang terpacu semakin kencang. Kemudian aku diangkat dan sempat kaget! 
“Mas Igun…, kuat juga”.


Dia hanya tersenyum lalu membopongku ke kamar. Direbahkannya tubuhku di atas ranjang dan Mas Igun mulai menciumku lagi. Saat itu, perasaanku semakin tidak karuan antara kepingin dan takut. Antara malu dan ragu. Ciuman Kak Agun terus menjalar hingga leherku. Tangannya mulai memainkan payudaraku.


“Jangan…, jangan…, acch…, acch…”, aku berusaha menolak namun tak kuasa. Tangannya mulai menyingkap menembus ke kaos Snoopy yang kupakai. Jari-jemarinya menari-nari di atas perut, dan meluncur ke BH. Jemarinya sangat terampil menerobos sela-sela BH dan menggelitik putingku.


Saat itu aku benar-benar panas dingin, napasku memburu, suaraku rasanya hanya bisa berucap dan mendesis-desis “ss…, ss…”,. Tarian jemarinya membuatku tubuhku terasa limbung, ketika dia memaksaku melepas baju, aku pun tak kuasa. Nyaris tubuhku kini tanpa busana. Hanya CD saja yang masih terpasang rapi.

Mas Igun kembali beraksi, ciumannya semakin liar, sedangkan tangannya mulai meremas-remas payudaraku. Kini, aku benar-benar sudah hanyut. Aku mendesah kecil merasakan suatu kenikmatan mengalir dalam tubuhku. Aku mulai berani menjepit badannya dengan kakiku.


Perlakuanku itu membuatnya semakin liar. Tangan Mas Igun dengan cepat menelusup ke CD-ku. Aku kaget dan menjerit, “Jangan…, jangan…Mas”, aku berusaha menarik diri. Tapi Mas Igun tentu lebih kuat dariku, membuaku tak berdaya. Gesekan tangannya mengoyak-koyak helaian rambut kemaluanku yang tidak terlalu lebat. Dan tiba-tiba aku menggelinjang kuat, guncangan yang sangat nikmat, ketika dia menyentuh sesuatu di "sana"


Aku menggelinjang dan menahan napas, “Mas Igun…, ohh.., oh…”, aku benar-benar dibuatnya berputar-putar. Jemarinya memainkkan clit-ku. Diusap-usap, digesek-gesek dan akhirnya aku ditelanjangi. Aku hanya bisa pasrah saja. Tapi aku kaget ketika tiba-tiba dia berdiri dengan penisnya yang sangat tegang.


Kini, perasaan ngeri, dan takut mulai muncul. Tanpa menghiraukan itu, Mas Igun tetap melanjutkan permainannya. Saat itu aku benar-benar sudah tidak kuasa lagi, aku pasrah saja, aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa, barangkali karena aku sangat  menikmatinya. Aku memang belum pernah merasakannya walau sebenarnya takut dan malu.


Tiba-tiba aku kaget ketika ada “sesuatu” yang mengganjal menusuk-nusuk milikku, 
“Uch…, uch…”, aku menjerit. “Mas Igun, Jangan…, ach…, ch…, ss…, jangan”. 
Ketika dia membuka lebar-lebar kakiku dia memaksakan miliknya dimasukkan. 
“Auuchh…”, aku menjerit. “Achh!”, Terasa dunia ini berputar saking sakitnya.


Benar-benar sakit, aku bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di dalam. 
Mas Igun yang melihatku kesakitan, sesaat diam sebentar. 
Tak berapa lama Mas Igun perlahan menggenjot lagi. Aku menjerit lagi, “Auchh…, auchh…”.
Walaupun rasanya (katanya) nikmat saat itu aku merasa sakit sekali. Mas Igun secara perlahan menarik “miliknya” keluar. Kemudian dia mengocok batangnya yang kemudian memuntahkan cairan putih yang kental.


Saat itu aku hanya terdiam dan termangu, setelah menikmati cumbuan aku merasakan sakit yang luar biasa. Betapa kagetnya aku ketika aku melihat sprei terbercak darah keperawanan ku. Aku meringis dan menangis sesenggukan. Saat itu, Mas Igun memelukku dan menghiburku, “Sudahlah Alit jangan menangis, darah keperawanan ini akan menjadi kenang-kenangan buat kamu. Sebenarnya aku sayang sama kamu”.


Saat itu aku memang masih polos, pengetahuan seksku masih minim. Aku menikmati saja tapi ketika melihat darah keperawawan ku di atas sprei, aku jadi bingung, takut, malu dan sedih. Aku sebenarnya juga sayang sama Mas Igun, akan tetapi...

Setelah lulus SMA, dia bertunangan dengan cewek lain dan melupakanku. Katanya karena ada sedikit "kecelakaan". end
loading...

Pembaca Setia

Label

Arsip Blog