Selesai
membersihkan badan, aku menuju ruang tamu untuk menonton bola. Beberapa
tetanggaku, seperti biasa, datang satu persatu untuk menemaniku menonton. Sudah
seperti layar tancap, ramai sekali.
Di sela
menonton itu, kami mulai ngobrol ngalor ngidul mulai dari urusan politik,
tetangga, sampai wanita. Pak Rono, salah satu tetanggaku yang suka hal-hal
berbau porno, tiba-tiba nyeletuk, “Aku habis beli obat perangsang wanita cair,
harganya mahal lo!”. Setelah itu, ia bercerita panjang lebar tentang khasiat
obat perangsang yang dibelinya itu, katanya bisa meningkatkan libido wanita
dengan cepat.
Kami
mendengarnya dengan seksama sambil tetap memonton bola. Lalu, aku pun iseng
bertanya kepadanya, “Mana buktinya, Pak?”. Karena kami memang sudah cukup akrab
diapun tanpa pikir panjang memberikan sebotol kecil obat perangsang wanita itu.
Sambil memberikan dia berpesan obat ini jangan dipakai semua, sisanya harus
dikembalikan. Percaya tak percaya akupun mengambilnya, meski dalam hati
bertanya juga mau dicobain ke siapa ya? Wanita di rumahku hanya ada pembantu
saat ini, sementara istriku sedang pulang ke rumah orang tuanya
“Ah sudahlah,
untuk sementara disimpan dulu”, pikirku dalam hati.
Pertandingan sudah berlangsung separuh babak, televisi sudah menghadirkan komentator dan diselingi iklan. Di waktu jeda itu, bapak-bapak seperti biasa ikut berkomentar sambil ngobrol satu sama lain. Akupun ke luar ke halaman rumah sebentar untuk menjernihkan mataku yang sedikit pedas.
Pertandingan sudah berlangsung separuh babak, televisi sudah menghadirkan komentator dan diselingi iklan. Di waktu jeda itu, bapak-bapak seperti biasa ikut berkomentar sambil ngobrol satu sama lain. Akupun ke luar ke halaman rumah sebentar untuk menjernihkan mataku yang sedikit pedas.
Kemudian muncul dua anak SMA yang ku kenal. Masih dengan seragamnya, mereka menyapaku. Namanya Vika dan Rani, anak desa sebelah. Setelah berjalan beberapa langkah, tiba-tiba mereka berhenti, saling berbisik lalu mendekatiku, mereka menyodorkan sebuah proposal untuk kegiatan Karangtaruna. Aku terima proposalnya lalu kusuruh mereka kembali lagi nanti sore untuk mengambil uangnya.
Akupun masuk ke rumah melanjutkan nonton TV pertandingan sepakbola, semakin seru dan sesekali bapak-bapak bersorak ketika tim kesayangannya berhasil menjebol gawang lawan. Beberapa menit kemudian pertandinganpun selesai dengan hasil imbang 2-2.
Satu persatu pamit pulang. Hanya menyisakan aku dan pembantuku yang mulai membersihkan ruangan dan mencuci gelas-gelas kotor. Perutku yang mulai terasa lapar membuatku teringat dari tadi belum makan, lalu aku pun menuju ruang makan.
Pembantuku membuatkan teh panas dan menaruhnya di dekatku, ide jahil muncul dalam pikiranku, aku ingin menguji keampuhan obat perangsang cair yang diberi Pak Rono tadi, kuteteskan obat perangsang ke dalam teh panas dan aku memanggil pembantuku,
“Ria, ini tehnya buat kamu aja, aku dari tadi sudah terlalu banyak minum manis, aku air putih saja”. Ria pun memberikan air putih kepadaku dan membawa teh panas itu ke dapur. “Jangan dibuang lo Ria, sayang, kamu minum aja gapapa”, kataku.
Dan jebakanku pun berhasil, kuperhatikan dari ruang makan, Ria meminum teh panas yang sudah kucampur dengan obat perangsang wanita tadi. Hampir setengah gelas ia teguk, lalu melanjutkan mencuci gelas dan piring. Beberapa saat kemudian ia meminum lagi teh itu dan menghabiskannya, mungkin karena gelasnya mau sekalian dicuci.
Wah, jebakanku berhasil! Ria sudah meminum semua, aku tinggal menunggu reaksi obat perangsang wanita itu. Beberapa menit kemudian Ria mengambil sapu untuk membersihkan ruang tamu, sementara aku pura-pura cuek masuk ke kamar dan membaca koran. Akan tetapi, pintu kamar kubiarkan terbuka untuk memperhatikan gerak-gerik Ria dari kejauhan.
Ternyata benar, gelagat Ria mulai tampak aneh, dia menyapu tak selincah biasanya, tatapannya seperti melamun mirip orang yang sedang memikirkan sesuatu. Ria meletakkan sapunya dan masuk ke dalam kamarnya.
Aku keluar kamar pura-pura ke kamar mandi, sesampainya di depan kamar Ria, kuintip dia dari lubang yang di pintu.
Wah, dugaanku benar! Ria sedang masturbasi untuk memuaskan nafsunya! Ternyata khasiat obat perangsang wanita ini manjur! Kulanjutkan mengintip Ria mencoba tak mengeluarkan suara, takut mengganggu konsentrasi Ria, lagipula aku menikmati pemandangan itu,
Tubuh indah
Ria terpampang dengan wajahnya yang terlihat cantik saat melakukan masturbasi. Pahanya
dibuka lebar-lebar, lalu satu tangannya mulai meraba-raba selangkangannya,
sementara tangan satunya meremas payudaranya.
Matanya terpejam diiringi sedikit gigitan bibir begitu memperlihatkan ia sedang menahan kenikmatan yang hebat. Jarinya kini mulai ia masukkan ke dalam vaginanya, yang membuat rambut hitam lebat disekelilingnya menyeruak. Dikocok-kocok dengan jarinya, keluar masuk, semakin cepat, lalu melambat, dan kemudian dipercepat lagi. Dipermainkannya itil yang sedikit nampak berwarna merah, diputar-putar lalu digesek-gesek.
Wajahnya kini mendongak ke atas dengan mata yang masih terpejam, sementara jari-jarinya menambah kecepatan gerakan keluar masuk di dalam vaginanya. Terus terang, aku pun mulai terangsang, aku membuka perlahan retsletingku dan kukeluarkan kontolku. Tangan kananku mulai kugunakan untuk mengurut, mengocok penisku maju mundur, aku onani di depan pintu kamar pembantuku.
Sembari mengintip dari lubang pintu itu, kubayangkan aku sedang menidurinya, aku berada di atas tubuhnya, dan aku masukkan penisku ke dalam memeknya. Bayangan itu semakin lama semakin jelas dalam pikiranku yang kotor ini. Aku mengocok penisku lebih kencang sembari berusaha tak mengeluarkan suara, takut Ria mengetahuinya,
Beberapa saat kemudian, erangannya terdengar tertahan, diiringi dengan pinggulnya yang naik ke atas, kepalanya merebah kesamping, dan tangannya semakin kencang pula gerakannya. Semakin cepat, erangannya semakin tak tertahan dan lalu terkulai lemas.
Sepertinya,
Ria sudah mencapi puncaknya, dia orgasme, sementara aku masih mengocok penisku
karena memang belum keluar. Masih kuintip Ria yang terkulai lemas dengan
pahanya yang masih terbuka lebar. Kukocok-kocok kembali, kini semakin cepat,
sembari memperhatikan gundukan memeknya yang basah. Oh, sangat meggairahkan!
Tak lama, spermaku
pun keluar, muncrat di depan pintu kamar Ria. Setelah sadar, aku bersihkan
dengan keset lalu kembali ke kamarku.
Dari kamar, kulihat Ria keluar dari kamarnya, melanjutkan menyapu lantai ruang tamu. Saat memperhatikannya, bayang-bayang tubuhnya yang telanjang terus muncul. Ah, cantiknya pembantuku ini saat dia tak memakai sehelai benang pun.
Jam menunjukkan pukul 5 sore, aku keluar dari kamar untuk memberi makan ikan-ikanku kesayanganku. Ria mendekatiku, membawa sebuah tas kecil. Kini, dia tampak begitu cantik, sepertinya habis mandi dan menggunakan sedikit make up di wajahnya. Dia pamit mau pulang karena di rumahnya ada hajatan, mungkin besok sore baru bisa kembali lagi katanya.
Aku memberinya Rp.50.000 untuk uang transport. Ria pun berlalu dari pandanganku, dan terlihat dari belakang bokongnya yang tampak sintal dan seksi! Terbayang lagi, dia telanjang seperti tadi sore saat masturbasi. Ria memang cantik untuk ukuran seorang pembantu, sayang, karena faktor ekonomi orangtuanya tidak mampu membiayainya sekolah.
Beberapa saat kemudian, pintu rumahku diketuk, sepertinya ada tamu.
Ternyata Rani, anak SMA yang memberiku proposal tadi. Karena aku sudah menjanjikannya memberi sumbangan sore ini, kusuruh dia masuk.
“Mana Vika?”
tanyaku.
“Vika ke
rumah Pak RW ngambil sumbangan juga, kami bagi tugas”, jawab Rani.
Aku pun masuk ke dapur dan membuat Rani minuman, saat memasukkan gula ke dalam gelas, muncul niat jahilku, aku teringat dengan obat tetes yang tadi sukses mengerjai Ria pembantuku.
Sekarang, aku pun mau mencoba untuk mengerjai Rani, kuteteskan beberapa tetes obat itu ke dalam teh yang aku buat untuk Rani.
Aku mempersilakannya minum dan kukatakan padanya bahwa pembantuku sedang ada perlu sehingga pulang ke rumah, jadi aku yang membuatkan minuman.
“Ah jadi ngrepotin om, makasih ya”, Rani meminum seteguk dan kami pun ngobrol.
Rani
menjelaskan panjang lebar tentang kegiatan yang akan dilaksanakan sambil
kuperhatikan sesekali dia meneguk minuman yang kucampur obat tetes itu.
Aku menunggu reaksinya, tapi berpura-pura memperhatikan apa yang dia omongkan. Beberapa menit kemudian Rani mulai tersedak, omongannya mulai sedikit gagap dan sebentar-bentar terhenti. Aku tersenyum kecil, dalam hati bersorak! Obat perangsang itu mulai menunjukkan reaksinya!
Kini, dia mulai menggerakkan-gerakkan kakinya, mungkin menggesekkan pangkal pahanya supaya menyentuh memeknya yang sudah gatal. Dia terlihat berusaha menyembunyikannya dariku, padahal aku sudah tau apa yang terjadi. Hehe.
“Minumnya
dihabiskan mumpung masih anget. Apa mau tambah lagi?” kataku
“Ah, u…udah,
gausah, om, makasih”, jawabnya terbata-bata lalu menghabiskan minumnya.
Rani berdiri
ingin pamit. Saat ia mengulurkan tangannya, kusambut, lalu kurasakan tangannya
sedikit bergetar.
“Nanti aja pulangnya, kita ngobrol dulu”, kudekati tubuhnya dan kupegang tangannya yang satu lagi.
Kini, kami
berpegangan tangan dan berdiri berhadapan. Tidak ada penolakan darinya, malahan
dia mulai salah tingkah. Kutarik tubuhnya pelan-pelan, sehingga sedikit
menyentuh tubuhku, kurasakan detak jantungnya berdegup kencang sembari
menundukkan pandangannya.
Kuangkat dagunya, dia menatapku, kami bertatapan, dengan mesra kusentuh bibirnya yang mungil. Tidak ada penolakan, Rani diam saja, dan kurasakan detak jantungnya semakin kencang.
Melihat situasi
yang menguntungkanku, kupegang pinggulnya, kutarik tubuhnya, pelan-pelan, hingga
tubuh kami semakin erat. Kudekatkan bibirku ke wajahnya lalu kulumat bibirnya. Tidak
ada penolakan, sekarang ia seperti telah mengijinkanku dengan memejamkan
matanya. Bibir kami pun bercumbu mesra layaknya dua orang yang saling
mencintai.
Tak puas dengan itu, tanganku mulai bergerilya, mulai meremas-remas bokongnya dengan lembut. Penisku yang mulai ereksi menggesek-gesek tubuhnya yang kenyal. Tubuh kami bergerak-gerak seperti sedang mencari kenikmatan yang mulai terasa mengalir ke darah kami masing-masing…
Kudorong tubuhnya ke pintu lalu ciuman ku turunkan ke lehernya. Kuciumi lehernya yang putih itu sehingga membuatnya semakin pasrah dalam kenikmatan. Kuturunkan lagi ciumanku ke dadanya, sambil perlahan tanganku mengangkat kaosnya ke atas. Kuremas dadanya dengan tanganku, dia menggelinjang, kuciumi kembali lehernya dan kubuka pengait BHnya.
Kini puting susunya nampak jelas di depanku, kubelai, kuremas, dan kuhisap. Rani menggelinjang dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Rani mulai kesetanan, aku semakin bernafsu saja melihat Rani yang pasrah menyerahkan tubuhnya untuk kunikmati.
Tanganku turun ke bawah menyelinap ke dalam celana Rani. Kurasakan kehangatan memek Rani yang masih mungil. Kugesek-gesek dengan jariku dan kucoba memasukkan dengan lembut jariku ke dalam memeknya.
Rani memegang tanganku seperti menahan dan menyuruhku memasukkan jariku dengan perlahan. Akupun memasukkan jariku jauh lebih ke dalam, Rani mendesah semakin nikmat. Aku juga semakin bersemangat mengocok-ngocok jariku ke dalam vaginanya.
Tanganku yang ingin bergerak bebas meraba memeknya menurunkan celana sekaligus celana dalamnya. Kini, Rani memelukku erat seperti tidak ingin kehilangan kenikmatan itu. Kubalas pelukannya dengan memeluknya juga semakin erat, kuraba-raba memeknya dan kujilati puting susunya. Aku sangat menikmati permainan itu.
Tubuhnya
kugendong masuk ke dalam kamar, kurebahkan di atas kasur, dan kutelanjangi
seluruhnya. Tak ada penolakan, hanya dia menutup sedikit vaginanya dengan
tangannya, mungkin malu. Aku pun melepaskan pakaianku, sehingga kami berdua
tidak memakai sehelai benang pun. Aku tak menyangka bisa mendapatkan rejeki
nomplok ini!
Seorang gadis SMA yang cantik, kini sedang bertelanjang bulat dihadapanku, pasrah, dan menikmati saat bersamaku ini. Terimakasih, Pak Rono!
Aku buka lebar-lebar pahanya lalu merebahkan tubuhku di atas tubuhnya. Ku ciumi bibirnya sembari tanganku meremas-remas kedua belah dadanya. Penisku yang sudah terlalu tegang seperti menemukan sarangnya. Tangan Rani memegang penisku, bukan untuk menghentikannya melainkan untuk mengarahkannya ke jalan yang benar, ke dalam lubang vaginanya.
Beberapa saat kemudian, sleeppppp penisku masuk ke dalam vagina Rani, dinding vagina yang masih sempit memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa bagiku. Penisku seperti disedot-sedot oleh memeknya yang sempit, kenyal dan hangat. Oh, nikmat sekali!
Kugenjot penisku perlahan dan lembut karena takut menyakitinya, perlahan kukeluarkan dan kumasukkan, semakin lama semakin dalam. Rani mengerang saking nikmatnya, bibirnya digigit menambah keerotisannya sehingga aku juga semakin menikmatinya.
Kuangkat pahanya ke atas, kutarik penisku dan kumasukkan dari arah atas memeknya, kumasukkan lagi perlahan dan bless, kontolku masuk lebih dalam ke lubang memeknya yang semakin hangat.
Kini, Rani memelukku semakin erat, terus saja kugenjot kontolku keluar masuk dan semakin cepat. Semakin cepat lagi sampai penisku terasa panas seperti ada yang ingin menyembur. Aku lalu mencabut penisku karena takut keluar di dalam. Akhirnya, kugesek-gesekkan kontolku di belahan dada Rani, tangan Rani membantu mengurut-urut penisku, dan CROOT! Spermaku pun berhamburan di dada Rani.
Tubuhku yang
lemas, terkulai di sampingnya, Rani lalu memelukku, dan kita berpelukan sebelum
mengakhiri kenikmatan ini. Oh nikmat sekali skidipapap dengan gadis SMA! Kapan-kapan,
mungkin akan kuulangi lagi. Rani sudah bersedia menyerahkan tubuhnya, siapa
tahu besok Vika atau temannya, akan kuberi obat perangsang Ampuh juga dan
akhirnya “ kuentot juga”. Sekali lagi, Terimakasih, Pak Rono!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar