Cerita Dewasa - Maya, Wanita Muda Bernafsu Besar

Cerita Dewasa - Maya, Wanita Muda Bernafsu Besar
Pertama kali aku mengenalnya ketika aku menunggu bus di sebuah sudut kota Jakarta. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Aku saat itu memang sudah siap payung lipat karena waktu berangkat dari rumah langit terlihat gelap. Kubuka payung lipatku dan kulihat ada seorang wanita, masih muda, berlari menembus hujan, kusambut aja wanita itu dengan payungku dan kami berpayungan bersama. Selama berpayungan kami saling diam saja.



Akhirnya kami berdua berteduh di emperan toko.

“Ihh, cowok kok bawa payung, tumben-tumbenya ada cowok takut sama hujan” katanya.

“Bukanya terima kasih, malah nyela. Coba kalau tadi kamu nggak aku payungi udah basah kuyup” kataku tanpa tersinggung. Terserah orang mau bilang apa tentang aku, nggak ngefek buatku. Tapi aku sendiri heran juga kok tumben memang aku mau bawa payung. Biasanya cuek aja.

“Mau kemana” tanyaku singkat.

“Pulang ke grogol” jawabnya singkat juga.

Kutanya namanya, kudengar dia jawab kalau namanya Naya. Akhirnya angkutan yang dutunggunya datang.

Aku pun pulang kerumah. 3 hari kemudian di tempat yang sama kembali aku bertemu denganya


“Hei, masih ingat aku?” tanyaku.

“Masih. Mana payung kamu, kok nggak di bawa lagi?” jawabnya.

“Ahh,, cuaca panas gini suruh bawa payung”

“Baru pulang Ya Nay?”

“Namaku Maya, bukan Naya”

“Kemarin Naya, sekarang Maya besok ganti apa lagi ya” olokku.

“Kamu aja yang bolot, dari dulu juga namaku Maya”


Dari tadi suaranya datar, ketus. Kuajak Maya untuk makan bakso di seberang jalan.

“Buru-buru nggak May? Kalau nggak makan dulu yuk!” ajakku
“Boleh, tapi kamu yang bayarin ya”

“Jangan kuatir”


Akhirnya kami berdua masuk ke warung bakso. Kupesan dua porsi tapi dia menloak


“Aku ngga usah, masih kenyang. Aku es teh aja”

“Ya udah. Pak baksonya satu es teh nya dua” pesanku pada penjual bakso


Kami duduk berhadapan dipisahkan meja untuk empat orang. Aku makan baksonya dengtan cepat dan kemudian mulai minum es teh. Karena mejanya kecil lutut kami bisa saling beradu. Tiba-tiba Maya menggoyangkan lututnya agak keras.

“Ada apa May?”

“Orang dibelakangmu dari tadi ngeliatin aku terus”

“Biarin aja kenapa, mata mata dia sendiri”


Lalu kedua kakinya menjepit kencang salah satu kakiku. Aku agak kaget juga


“Duhhh, pijitin dong” kataku


“Mau di pijit? jangan di sini” katanya sambil mengedikan matanya.

Alamaakkk, apa lagi yang terjadi setelah ini?


“Terus di mana?” pancingku lagi.


“Di hotel aja” sahutnya pelan


Kutatap wajahnya, seolah-olah tak percaya dia ngajak chek-in.


Aku pun segera menghabiskan baksoku, bayar dan keluar dari warung bakso. Cowok yang dibilangnya tadi ngeliatin terus masih curi-curi pandang ke Maya. Kami melangkah menuju hotel yang tidak jauh dari tempat kami makan tadi. Sambil melangkah kubisikkan di telinganya,


“Pakai kondom nggak?”


“Terserah kamu aja”


Aku jarang pakai kondom, apa lagi nawarin teman kencanku untuk pakai kondom dalam bercinta. Entah kenapa, atau munngkin kasihan aja sama Maya makanya aku menawarkan pakai kondom. Sambil melangkah kucoba cari-cari apotik atau toko obat, tapi nggak ada sampai kami tiba di hotel

Begitu masuk kamar hotel, aku ke kamar mandi dan membersihkan kemaluanku. Maya berbaring di tempat tidur. Aku keluar dari kamar mandi dan Maya menatapku. Maya bangkit dan segera melucuti pakaianya sampai bugil. Aku pun begitu melucuti semua pakianku dan berbaring di sampingnya.

“Mas ini asli mana sih, kok bulunya banyak sekali?” tanya Maya.

“Jawa asli” kataku.

“Ada turunan arab kali ya?” selidik Maya lagi seperti tak percaya dengan jawabanku.

“Kamu kerja di mana sih?

“Di pasar minggu”

“Kok mau ke grogol lewatnya sini?”

“Iya, sekalian mau mampir tempat ayahku kerja”

Setelah ngobrol banyak denganya aku tau ternyata di asal Riau, usianya sedikit di bawahku. Pada saat ini aku dapat mengamatinya dengan lebih detail. Tinggi badan 150 cm, kulitnya kuning kecoklatan, agak kurus. Rambutnya hitam lurus sebahu dan dadanya cukup besar untuk ukuranya.

“Oh iya, katanya tadi mau mijitin aku,” kataku menggodanya sambil membalikkan tubuhku posisi tengkurap.

Maya merapatkan tubuhnya ke tubuhku dan tangan Maya mulai memijit tubuhku. Nikmat juga pijitannya. Dia mulai memijit dari kaki, lalu paha, tangan, kepala dan punggungku.

“Udahan, sekarang mana lagi yang mau dipijit?” tanya Maya menantang.

“Bagian ini kan belum dipijit” kataku sambil tanganku menunjuk ke bibirku

Aku membalikkan tubuh dan Maya segera menerkamku dengan ciuman liarnya. Aku membalas dengan tak kalah liar. ‘Kecil-kecil nafsufnya gede juga nih anak’ kataku dalam hati. Bibir Maya turun ke bawah dan Maya mencium dan menjilati leherku. Aku menngelinjang nikmat.

Nafas kami berdua mulai tak beraturan. Sambil menciumi dan mengcup dadaku, Maya memeluk tubuhku erat. Kulihat toketnya padat dan kenyal dihiasi puting kecil berwarna merah muda menantangku untuk segera memainkanya. Toket sebelah kanan kuhisap, sementara sebelah kirinya kuremas-remas dengan tangan kananku. Tangan kiriku mengelus-elus pipinya dengan halus. Maya mendesah dan mengerang ketika puting susunya kujilati dan sesekali kugigit kecil.

“Aaaggghhhhh… eenngghhhhhh… oggghhh… Mas Joe”

Toketnya kuhisap habis sampai semuanya masuk ke mulutku. Maya menjilati telingaku. Aku pun sangat terangsang. Penisku sudah mulai tegang siap untuk maju dalam pertampuran yang super dahsyat.


Maya melepaskan pelukannya dan kini dia menciumi dan menjilati tubuhku. Dari leher bibirnya turun ke dada, dan..

“Oogghhh, Maya… yaaahhhh…” aku mengerang ketika mulutnya menjilati puting susuku.

Kudorong tubuhnya karena tak tahan dengan rangsangan yang diberikan pada puting susuku dan kemudian kugilngkan ke samping.

Kusambar bibirnya. Kudorong lidahku menggelitik mulutnya. Lidahku kemudian dihisapnya. Tanganya merayapi selangkanganku dan kemudian mengocok-ngocok penisku. Penisku semakin tegang mengeras.

“Bikin aku puas mass.. bawa aku terbang ke langit tuju…” pekiknya.

Tak lama kemudian tanganya memegang erat penisku dan kurasakan pantat dan pinggul Maya bergerak menggesek-gesek penisku. Kepala penisku kemudian masuk ke dalam lubang memeknya. Terasa sempit dan basah.

“Oogghhh… Aagghhhh” Maya mendongakan kepalanya dan memberikan kesempatan kepadaku untuk menjilati leher mulusnya yang tepat di depanku. Maya menggoyangkan pantatnya dan dengan sodokkan keras semua batang penisku terbenam dalam lubang memeknya

Pinggulku kugoyang maju mundur menimba kenikmatan. Kadang goyanganku ku ubah menjadi kekanan ke kiri atau berputar dengan arah putaran pantatnya. Sesekali goyanganku agak pelan dan kuganting selangkanganku. Pantatnya naik agak tinggi sehiingga kepala penisku berada di bibir memeknya dan kemudian dengan cepat kuturunkan pantatku hingga seluruh batang penisku terbenam ke lubang memeknya.

Punggungnya naik dengan bertumpu pada sikunya. Kuhisap puting susunya yang sudah tegang. Gerakanku semakin tak beraturan. Tanganya kini memeluk punggungku dan dadanya merapat ke dadaku. Tanganya meremas-remas rambutku, mulutnya mendesah dan mengerang hebat.

“Joee.. ogghh Joee, aku maauu kkeluaaarrrrr”

“Ssshhhhh… oohhhhhh”

“Joee sekarraannggg Aaagghhhhhh… sekaranggg” ia mengerang hebat. Tubuh Maya bergetar hebat diatasku dan kakinya membelit kakiku. Bibirnyanya mencari-cari bibirku dan kusambar agar agar dia tidak mengerang terlalu keras lagi. Memeknya berdnyut kencang sekali. Akupun merasakan akan meraih kenikmatan dan ketekan kuat pantatku ke bawah dengan keras hingga penisku mentok.

Aaaggggghhhh Mayaa… terimalah semburankuuu” kesemburkan pejuhku ke dalam memeknya. Terasa banyak sekali dan meleleh keluar menetes di sprei

Tubuhku lunglai di atas tubuh Maya. Tubuh kami penuh peluh. Penisku yang masig tegang kubiarkan tetap menancap di dalam memeknya sampai akhirnya mengerut dan terlepas sendiri dari lubang memek.

Akhirnya kami bangkit setelah nafas kami berdua mulai teratur. Lalu kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kami pulang menuju rumah masing-masing. Karena sudah agak malam dan angkutan sudah jarang, maka kuberikan ongkos taxi untuk Maya. Kami janjian untuk ketemu 1 minggu lagi.

1 minggu kemudian kami berdua sudah berada di dalam kamar hotel. Kini aku sudah menyiapkan kondom sebelumnya. Begitu masuk kedalam kamar hotel, maya langsung memelukku dan mencumbuiku denga liarnya. Tanganya dengan cepat melucuti pakaianku. Setelah itu kemudian ia melucuti pakaianya sendiri dengan cepat. Tanganya sudah meraih penisku, meremas dan mengocoknya. Perlahan tapi pasti penisku semakin tegang mengeras. Kami masih berciuman dan memagut leher.

Kami berdua mulai terangsang hebat dan tubuh kami mulai panas. Detak jantung mulai kencang dan nafas sudah tak beraturan. Kududukkan dia di atas meja. Kini kami lebih leluasa mengeksplorasi tubuh kami. Tanganya masih memiankan penisku. Tanganku meremas-remas toketnya, memilin-milin puting susunya. Kutarik pantatnya sedikit ke depan sehingga posisinya berada dipinggir meja. Dengan bantuan tanganya kucoba menusukkan batang penisku ke lubang memeknya dalam pisisi aku berdiri. Ia menggerakkan pantatnya untuk membantu usahaku. Digesek-gesekkan ujung penisku ke bibir memeknya.

Setelah cukup pelumasanya ia berbisik,

“Ayo mass dorongg”

Kudorong pelan penisku dan akhirnya batang penisku bisa masuk dengan lancar ke lubang memeknya. Dalam beberapa menit kami masih bertahan pada posisi berdiri. Kakiku sudah mulai lemas menahan tubuhku. Kuangkat tubuhnya kemudian kubopong melangkah ke arah tempat tidur.

“Upss.. penisku lepas sayang”

Kudorong dia sambil tetap berpelukan dan berciuman ke kamar mandi. Sampai dalam kamar mandi kulepaskan pelukanku dan kami membersihkan milik kami masing-masing terlebih dulu untuk melanjutkan pertempuran berikutnya yang lebih hot.


Kubopong tubuh mungilnya dan kurebahkan ke tempat tidur. Tak lama kemudian kami kembali bergumul. Maya diatas tubuhku. Kepala Yuni ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya pelan batang penisku.
Maya menatapku dan aku menarik biji pelerku sehingga batang kontolku juga tertarik dan berdiri tegak menantang. Aku memberi isyarat ketika kepalanya ada di atas selangkanganku. Kepalanya kemudian bergerak ke bawah. Ia menjilati dan menghisap ujung penisku.

Tiba-tiba tubuhku terasa seperti di setrum ketika lidah Maya menjilati lubang penisku. Kulihat Maya dengan asyiknya menjilat, mengulum dan menghisap ujung penisku. Ia tidak memasukkan seleuruh batang kontolku ke dalam mulutnya, melainkan hanya ujung kontolku saja yang menjadi area kerjanya.

Kutarik tubuh Maya dan kini kutindih tubuhnya. Maya memeluku dan menjilati daun telingkau. Aku merinding. Dadanya yang kencang menekan dadaku. Kucium bibirnya dan kuremas-remas toketnya.


“Ogghh ayo mass.. aku… masukkan maassss… ayoo cepet masukkan…”

Aku menggerakkan pantatku dan segera batang kontolku masuk semua di dalam lubang memeknya.


“Mas joeee… nikmat sekali mas joeee,,, aku ooogghhhh” Ia memekik pelan, lalu kutekan batang penisku sampai amblas.


Tanganya mencengkram kuat punggungku. Tak terdengar suara apapun dalam kamar selain desahan dan erangan kami.

Kutarik keluar batang penisku, kutahan dan kekencangkan ototnya. Perlahan-lahan kumasukkan kepala penisnya saja ke bibir memek yang merah dan basah.


Maya terpejam menikmati permainanku pada bibir memeknya


“Ehgggkk..” dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kutusukkan batang penisku sampai mentok ke dalam rahimnya.

Kukocok pelan setengah batang penis sampai enam kali lalu kusodokkan dengan kencang sampai semua batang penisku amblas di dalam memeknya. Maya menggoyangkan pinggulnya naik turun dan memutar sehingga kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Batang penisku seperti di remas-remas rasanya. Kuhisap toketnya dan kumainkan puting susunya dengan lidahku.

Maya seperti orang yang mau berteriak menahan sesuatu menikmati pergumulan ini. Ia memukul-mukul dadaku dengan histeris.


“Ooouugghhhh… terussss… teruskaannn masssss.. benar-benar nikmattt… oogghhhh”


Kini kedua kakiku menjepit kakinya. Ternyata memeknya benar-benar nikmat luar biasa, meskipun agak becek namun goyanganya seperti menydot-nyedot batang penisku.

Aku mulai mengocok lagi. Maya sungguh binal liar sekali. Tubuh kami dibanjiri peluh. Kupacu Maya mendaki puncak kenikmatan. Kami saling meremas, memagut dan mencium.

Kubuka lagi kedua kakinya, kini betisnya melilit betisku. Matanya merem melek. Aku siap untuk menyemburkan pejuhku.

“Maya, aku mau sampai… bentar lagi Mayy.. aku mauuu…”


“Kita barengan masss… oooggghhhh….” Maya melenguh panjang.


Tak lama kemudian…,“Sekarangg Mayy. Ayo sekaranggg…. aaaggghhhhh” aku mengerang hebat ketika menyemburkan pejuhku


“Mass Joeee… Ooogghhh” kedua kakinya menjepit kuat dan menarik kakiku sehingga penisku tertarik mau keluar.


Aku menahan agar posisi penisku tetap di dalam lubang memeknya. Matanya terbelalak, tanganya mencengkram kuat punggungku, mulutnya menggigit dadaku sampai merah. Kemaluan kami saling membalas berdnyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi hening dan tenang. Kami berdua memberisihkan diri dan chek out dari hotel.

Aku meniduri Maya samap 7 kali dan setelah itu tak pernah bertemu lagi. Dulu aku pernah minta nomor telpon kantornya tapi dia tak mau menebrikannya. Entah apa alasanya. Sampai sekarang aku tak pernah bertemu lagi denganya. Meskipun kadang-kadang aku masih nongkrong di tempat kami bertemu.


loading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

loading...

Pembaca Setia

Label

Arsip Blog