Selanjutnya - Part 2
“Mah, kemana saja sih kok sudah sebulan ini baru datang” ? tanyaku sengit ketika Mama ku datang mengunjungiku di Bandung. "Ahh Mama dah dapat pengganti papa ya? Sampe gak sempat datang kayak dulu lagi. Aku gak mau kalau dapat papa baru" kataku.
Dia pun terlihat kaget karena aku sedikit
marah, sore itu Mamaku baru datang dari Jakarta dengan rasa bersalah dia
meminta maaf karena sibuk dengan pekerjaanya beliau juga mengatakan kalau masih
tetap sayang denganku, aku pun sedikit bisa meredam amarahku.
“Masak sih Mas (Mama selalu memangggilku Mas
sejak aku masih kecil), kamu enggak percaya sama Mama? Mama terlalu sama kamu,
Mas. Jadi jangan curiga lagi seperti itu”, katanya ter isak sambil menciumi
pipiku dan akhirnya kami berpelukan.
Cerita Dewasa Terbaru - Cerita Sedarah
Oh iya, sebelum aku melanjutkan ceritaku ini,
ingin sebaiknya kuceritakan sedikit background keluargaku.
Saat ini, aku sedang kuliah, semester enam,
di salah satu universitas yang berada di Bandung, sedangkan Mamaku masih kerja
di salah satu departemen di Jakarta dan usianya sekitar 40 tahunan. Sebetulnya,
Mamaku ini bukanlah ibu kandungku, tetapi dia adalah adik dari Ibuku. Hal
inipun baru aku ketahui sejak aku mulai duduk di bangku SLTA.
Cerita yang kutahu sih, aku diminta dan
diasuh oleh adik Ibuku sejak masih bayi. Waktu itu, katanya untuk memancing
agar bisa hamil, karena adik Ibuku sudah menikah selama 5 tahun tetapi belum
punya anak. Tetapi beberapa tahun yang lalu, adik Ibuku dan yang sekarang
kupanggil Mama itu bercerai dengan suaminya, entah kenapa.
Jadi sekarang ini, aku sepertinya lebih
sayang dengan Mama ku di banding dengan Ibu kandungku sendiri. Maklum saja
karena dari bayi aku sudah di asuhnya.
Setelah makan malam, lalu kami berdua ngobrol
di ruang tamu sambil melihat acara TV.
“Mas, rambutmu itu sudah mulai banyak lagi
yang putih…sini Mama cabutin”, kata Mama yang biasanya selalu mencabuti ubanku
bila datang ke Bandung. Segera saja aku bergegas ke kamar untuk mengambil
cabutan rambut lalu duduk menghadap kearah TV di lantai sambil sandaran di sofa
yang diduduki Mama.
Terus terang, aku paling senang kalau Mama
sudah mulai mencabuti ubanku, soalnya bisa sampai ngantuk.
“Banyak betul sih Mas ubanmu ini ?” komentar Mama
sambil mulai mencabuti ubanku.
“Habis sih…..Mama sudah lama enggak
kesini…cumin ngurusin kerjaan melulu. ”
“Ya sudah, sekarang deh Mama cabutin ubanmu
sampai habis ” Kami lalu diam tanpa berkata kata.
“Mas……ngomong2 kamu sudah punya pacar apa
belum ? ” tanya Mama tiba2, sambil masih tetap mencabuti ubanku di kepala
bagian belakang.
“Belum kok Ma…..masih dalam penjajakan”,
sahutku.
“Tuh…..kan. Kamu ngelarang Mama cari pacar,
tapi kamu sendiri malah mau pacaran ” sahut Mama dengan nada agak kesal.
“Pokoknya, Mama enggak mau lho kalau kamu
mulai pacaran, Mas. Apalagi masih sekolah, bisa2 pelajaranmu nanti tertinggal
dan berantakan. Kalau sudah seperti itu berarti kamu juga sudah enggak sayang
lagi sama Mama ”, tambahnya
“Enggak kok Ma….aku masih sayang kok sama Mama
”
“Sudah selesai mas yang belakang, sekarang
yang bagian depan” perintahnya. Lalu ku putar duduk ku menghadap ke arah Mama
dan tetap duduk dilantai diantara kedua paha Mamaku serta Mamapun langsung saja
meneruskan mencabuti uban2 ku.
“Mas….., kamu kan sekarang sudah tambah
dewasa, apa enggak pingin punya pacar atau pingin meluk atau dipeluk seorang
perempuan ?" kata Mama tiba2. “Atau kamu sudah jadi laki2 yang enggak
normal barangkali ya, Sayang ?“ lanjut Mama.
“Ah, Mama ini kok nanyanya yang enggak2 sih
“? sambil kucubit paha Mama yang mulus dan putih bersih.
“Habis nya selama ini kan kamu enggak pernah
cerita soal temen wanita kamu, Mas, sahut Mama.
“Aku ini masih laki2 tulen Mah…. Kalau Mama
enggak percaya, boleh deh dibuktiin atau di test ke dokter“ tambahku sambil
kuelus elus paha Mama. Kata Mama tadi juga aku enggak boleh pacaran dulu"
tambahku.
“Naaah….gitu dong mas……pacarannya nanti nanti
saja deh Mas, kalau kamu sudah lulus".
“Tapi, kamu kan sudah dewasa, apa enggak
kepingin meluk dan mencium lawan jenis kamu", tanyanya lagi.
“Kadang2 sih kepingin juga sih Ma, apalagi
banyak teman2 ku yang sudah punya pasangan masing2….tapi….ngapain sih Ma, kok
nanya2 gituan ?"
“Ya….enggak apa apa sih, Mama cuma pingin
tahu saja" sahut Mama sambil tetap mencari ubanku.
Karena aku duduk menghadap Mama dan jaraknya
sangat dekat, tanpa kusadari mata ku tertuju kebagian dada Mama dan karena Mama
ku hanya memakai baju tidur putih yang tipis sekali, maka tetek dan puting susu
nya secara transparan terlihat dengan jelas.
“Mah…….. ngapain sih Mama pake baju tidur
ini?"
“Lho….. memangnya kenapa mas dengan baju
tidur Mama ini? Emangnya kamu enggak suka ya Mas?” tanya Mamaku, tanpa
menghentikan kerjanya mencabuti ubanku.
“Emangnya Mama enggak malu ? …….. tuh
kelihatan?” sambil kucolek puting Mama yang terlihat menonjol keluar dari balik
baju tidurnya dengan ujung jariku.
“Huuuusss”, teriak Mama kaget. “Mama kirain
kenapa ? wong enggak ada orang lain saja kecuali kamu dan bibi dirumah ini.
Lagipula Mama kan enggak keluar rumah. Memangnya kamu enggak suka ya Mas ? ”
sahut Mama menghentikan kerjanya dan memandang mataku.
“Wah…..ya suka bangeet dong Mah…. Apalagi
kalau boleh megang ? ” senyumku.
“Huussss….. ” sambil menjitak dahi ku. “wong
kamu ini masih kecil” tambahnya.
“Mah…. Aku ini sudah mahasiswa lho….. bukan
anak TK lagi, masak sih aku masih kecil ? kalo ngeliat sedikitkan enggak apa
apa kan mah ?….. boleh kan Mah ? ” rengekku.
Mama tidak segera menjawab dan tetap saja
meneruskan mencabuti ubanku seolah tak ada apa-apa.
Setelah kutunggu sebentar dan Mama tidak
menjawab atau melarangku, akhirnya kuberanikan untuk menjulurkan tanganku
kearah kancing baju tidurnya di dekat dadanya.
“Sebentar aja lho Mas ngelihatnya” ujarnya
tanpa menghalangi tanganku yang sudah melepas tiga buah kancing bajunya.
“Aduh Mah…..putih betul sih tetek Mama”
komentarku sambil membuka baju tidurnya sehingga tetek Mamaku tersembul keluar.
Aku enggak tahu ukurannya, tetapi yang pasti tidak terlalu besar sehingga
kelihatan tegang menantang serta berwarna merah gelap di sekitar putingnya.
“Sudah ah Mas, tutup lagi sekarang ” katanya
sambil tetap mencabuti ubanku.
“Lho…. Kok malah bengong, tutup dong Mas ? ”
katanya lagi ketika kata kata Mama tak kudengarkan dan tetap memandang kedua
tetek Mama yang begitu indah.
“Bentar dong Mah….. aku belum puas nih Mah,
melihat tetek Mama yang begitu indah ini. Boleh ya Mah pegang dikit ?”
“Tuh kan….. Mas ini sudah ngelunjak. Katanya
tadi cuma mau ngelihat sebentar, eeeh sekarang pingin pegang. ” sahut Mama
sambil tetap melanjutkan mencabut ubanku. “Sebentar aja lho ” sahutnya tiba2
ketika melihatku hanya bengong aja mengagumi tetek Mama.
Setelah Mama mengizinkan dan dengan penuh
keraguan serta tanpa berani melihat wajah Mama, segera saja kuremas pelan kedua
tetek Mama dengan kedua telapak tanganku.
Aahh….sungguh terasa halus dan kenyal tetek Mama,
gumanku dalam hati. Lalu kedua tetek Mama ku elus-elus dan ku remas-remas
dengan kedua tanganku.
Karena asyiknya meremasi tetek Mama, aku baru sadar, sudah berapa lama tangan Mama
tidak lagi mencabuti uban di kepalaku? Setelah
kulirik, ternyata Mama telah bersandar di sofa dengan mata tertutup rapat,
mungkin sedang menikmati nikmatnya remasan tangan ku di tetek nya.
Melihat Mamaku hanya diam saja dan memejamkan
matanya, lalu timbul keberanianku dan segera saja kumajukan wajahku mendekati
tetek kirinya dan mulai kujilat puting teteknya dengan ujung lidahku.
Setelah beberapa kali teteknya kuremas dan kujilati, kudengar desahan Mama
sangat pelan “ssshhh….ssssshhhh….aaaahh…..ma
aaass….suuuu…daaaahh.”
Desahan itu, meski hampir tidak terdengar membuat
ku semakin berani sehingga jilatanku di
puting teteknya kali ini
kuselingi dengan hisapan halus. Sedangkan remasanku di tetek Mama satunya pun kuselingi dengan cubitan-cubitan lembut.
Kini, Kedua
tangan Mama mulai meremas
remas rambutku dan kepalaku di tekannya ke arah badannya sehingga menempel
rapat di tetek Mama sehingga membuat
nafasku pun sedikit tersengal. Desahan dari mulut Mamaku pun semakin keras
ssssshhh….. ooooohh… aaaaahhh …….. maaaaaassss….
Desahan yang keluar dari mulut Mamaku ini
menjadikan ku semakin bersemangat dan kugeser kepalaku yang sedang dipegangi Mama
kearah tetek yang satunya, sementara
tangan kananku kuremaskan lembut di tetek kiri Mama dan tak henti2 nya desahan Mama
terdengar semakin kuat dengan nafas cepat.
“Maaasss…..aaaaahhh….maaaaass……
sssshh…..…aaaaahhh….ooooohh… Maaaaaas….”,
desah Mama dengan keras dan tubuhnya meliuk liuk, seraya mendekap kepalaku
sangat kuat sehingga wajahku tenggelam kedalam teteknya. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh……”, teriak nya dan diakhiri dengan
nafasnya yang cepat dan ter sengal sengal.
“Maaas, Mama lemes sekali ”, kata Mama dengan
suara yang hampir tidak terdengar dengan nafasnya yang masih tersengal sengal.
“Maass… tooloong bawa Mama ke kamar”, tambahnya dengan nafasnya yang masih
cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar