Cerita Dewasa Terbaru - Kisahku sebagai Gadis Polos

Cerita Dewasa Terbaru - Kisahku sebagai Gadis Polos
Aku merupakan seorang anak yang beruntung. Ayahku memiliki kedudukan tinggi di kantornya, sedangkan Ibuku seorang juru rias wajah terkenal. Bahkan, Ibuku sering menjadi pembicara di mana-mana.

Sayangnya, dengan semua itu, mereka menjadi orang yang terlalu sibuk. Aku juga memiliki kakak perempuan, namanya Luna, terpaut 2 tahun denganku. Ya, setidaknya aku memiliki teman untuk mengadu tentang apapun. Akan tetapi, akhir-akhir ini, intensitas kita berbagi cerita semakin mengurang. Entah, kenapa, aku juga tak tahu, mungkin karena dia memiliki pacar baru.

Saat aku masuk SMA yang sama dengan kak Luna, ia sudah duduk di kelas 3. Bukannya sombong, tetapi kenyataan bahwa banyak teman-teman yang naksir padaku. Bahkan teman-teman kak Luna. Kata mereka, aku ini cantik, walaupun aku merasa biasa-biasa aja (dalam hati bangga juga hehe).
Rambut hitam bergelomang, mata bulat, dan bibir tipis dipadukan dengan tubuhku yang bongsor dibalut kulit putih bersih. Ya, mungkin bisa dibilang ideal. Dan karena tubuhku yang bongsor, payudaraku terlihat lebih besar dibanding teman-teman seumuranku. Kadang suka malu juga saat olahraga, karena saat lari gunung-gunung ini bergoyang kesan kemari mengikuti gerakanku. Padahal hanya berukuran 34B saja.

Mas Igun, nama seorang teman kakakku, sering sekali main ke rumah. Ibuku sangat dekat dengan orangtuanya karena memang sudah saling mengenal cukup lama. Bahkan anaknya ini, mas Igun, sudah dianggap seperti saudara sendiri. Dia kadang menonton tv, membaca, sampai tidur siang pun sudah biasa dilakukan di rumah. Katanya, lebih enak di sini, nyaman, ada AC- nya.

Pada suatu Minggu, aku di rumah sendirian. Seperti biasa, Ibu dan Ayah pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan mereka. Kak Luna sedang liburan bersama teman-temannya. Dan kebetulan, pembantuku, sedang pulang kampung. Sebenarnya, aku diajak oleh Ibuku untuk ikut, tetapi karena PR menumpuk dan harus segera diselesaikan, aku menolak ajakan itu.


Baru berpikir jika sendiria, tiba-tiba terdengar bunyi derit rem sepeda. Dan kulihat, Mas Igun sedang menyandarkan sepedanya di garasi. Dengan tubuhnya yang masih basah dengan keringat itu dia mendatangiku, 
"Habis muter-muter nih, mampir ya, mana Kak Luna?". tanyanya padaku yang masih memperhatikan tubuhnya yang dibalut kaos ketat itu.
Aku menyuruhnya masuk dan kuceritakan bahwa semua orang di rumah pergi keluar kota. Kami pun ngobrol di ruang tamu sambil nonton TV. Ya, setidaknya ada Mas Igun yang menemaniku sekarang.Mas Igun ini suka iseng kepadaku. Tangannya seringkali menggelitik pinggangku sehingga aku kegelian. Aku protes. 
“Datang-datang…, mengganggu saja. Mending bantuin aku ngerjain PR”.
Eh…, Mas Igun ternyata nggak nolak, dengan seriusnya dia mengajariku, satu persatu aku selesaikan PR-ku. 
“Yess! Rampung!”, aku menjerit kegirangan.
Saking senangnya karena PR-ku yang begitu banya dapat selesai dengan cepat, Aku melompat dan memeluk Mas Igun,
“Makasih Mak Agun”. Nampaknya Kak Agun kaget juga, dia bahkan nyaris terjatuh di sofa.
“Nah…, karena kamu sudah menyelesaikan PR-mu, aku kasih hadiah” kata Mas Igun. 
“Apa itu? Coklat?”, kataku. 
“Bukan, tutup mata dulu”, kata dia. Aku agak heran tapi mungkin akan diberi surprise terpaksa aku menutup mata.


Tiba-tiba aku kaget, karena bibirku rasanya seperti dilumat dan tubuhku terasa dipeluk erat-erat. “Ugh…, ugh…”, kataku sambil berusaha menekan balik tubuh Kak Agun. 
“Alit…, nggak apa-apa, hadiah ini kubirikan karena Mas Igun sayang Alit”. 
Rasanya tubuhku tiba-tiba lemas sekali, belum sempat menjawab bibirku dilumat lagi.

Kini aku diam saja, aku berusaha rileks, dan lama-lama aku mulai menikmatinya. Ciuman Mas Igun begitu lincah di bibirku membuatku semakin menikmatinya. Tangannya mulai memainkan rambutku, diusap lembut dan menggelitik kupingku. Aku jadi geli, tapi saat itu aku merasa berbeda. Rasanya seperti ada perasaan lain yang muncul. Entah apa, aku tak tahu.


Kembali Mas Igun mencium pipiku, mataku, keningku dan berputar-putar di sekujur wajahku. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Perasaan asing ini semakin meningkat. Napasku mulai tak beraturan seiring detak jantungku yang terpacu semakin kencang. Kemudian aku diangkat dan sempat kaget! 
“Mas Igun…, kuat juga”.


Dia hanya tersenyum lalu membopongku ke kamar. Direbahkannya tubuhku di atas ranjang dan Mas Igun mulai menciumku lagi. Saat itu, perasaanku semakin tidak karuan antara kepingin dan takut. Antara malu dan ragu. Ciuman Kak Agun terus menjalar hingga leherku. Tangannya mulai memainkan payudaraku.


“Jangan…, jangan…, acch…, acch…”, aku berusaha menolak namun tak kuasa. Tangannya mulai menyingkap menembus ke kaos Snoopy yang kupakai. Jari-jemarinya menari-nari di atas perut, dan meluncur ke BH. Jemarinya sangat terampil menerobos sela-sela BH dan menggelitik putingku.


Saat itu aku benar-benar panas dingin, napasku memburu, suaraku rasanya hanya bisa berucap dan mendesis-desis “ss…, ss…”,. Tarian jemarinya membuatku tubuhku terasa limbung, ketika dia memaksaku melepas baju, aku pun tak kuasa. Nyaris tubuhku kini tanpa busana. Hanya CD saja yang masih terpasang rapi.

Mas Igun kembali beraksi, ciumannya semakin liar, sedangkan tangannya mulai meremas-remas payudaraku. Kini, aku benar-benar sudah hanyut. Aku mendesah kecil merasakan suatu kenikmatan mengalir dalam tubuhku. Aku mulai berani menjepit badannya dengan kakiku.


Perlakuanku itu membuatnya semakin liar. Tangan Mas Igun dengan cepat menelusup ke CD-ku. Aku kaget dan menjerit, “Jangan…, jangan…Mas”, aku berusaha menarik diri. Tapi Mas Igun tentu lebih kuat dariku, membuaku tak berdaya. Gesekan tangannya mengoyak-koyak helaian rambut kemaluanku yang tidak terlalu lebat. Dan tiba-tiba aku menggelinjang kuat, guncangan yang sangat nikmat, ketika dia menyentuh sesuatu di "sana"


Aku menggelinjang dan menahan napas, “Mas Igun…, ohh.., oh…”, aku benar-benar dibuatnya berputar-putar. Jemarinya memainkkan clit-ku. Diusap-usap, digesek-gesek dan akhirnya aku ditelanjangi. Aku hanya bisa pasrah saja. Tapi aku kaget ketika tiba-tiba dia berdiri dengan penisnya yang sangat tegang.


Kini, perasaan ngeri, dan takut mulai muncul. Tanpa menghiraukan itu, Mas Igun tetap melanjutkan permainannya. Saat itu aku benar-benar sudah tidak kuasa lagi, aku pasrah saja, aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa, barangkali karena aku sangat  menikmatinya. Aku memang belum pernah merasakannya walau sebenarnya takut dan malu.


Tiba-tiba aku kaget ketika ada “sesuatu” yang mengganjal menusuk-nusuk milikku, 
“Uch…, uch…”, aku menjerit. “Mas Igun, Jangan…, ach…, ch…, ss…, jangan”. 
Ketika dia membuka lebar-lebar kakiku dia memaksakan miliknya dimasukkan. 
“Auuchh…”, aku menjerit. “Achh!”, Terasa dunia ini berputar saking sakitnya.


Benar-benar sakit, aku bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di dalam. 
Mas Igun yang melihatku kesakitan, sesaat diam sebentar. 
Tak berapa lama Mas Igun perlahan menggenjot lagi. Aku menjerit lagi, “Auchh…, auchh…”.
Walaupun rasanya (katanya) nikmat saat itu aku merasa sakit sekali. Mas Igun secara perlahan menarik “miliknya” keluar. Kemudian dia mengocok batangnya yang kemudian memuntahkan cairan putih yang kental.


Saat itu aku hanya terdiam dan termangu, setelah menikmati cumbuan aku merasakan sakit yang luar biasa. Betapa kagetnya aku ketika aku melihat sprei terbercak darah keperawanan ku. Aku meringis dan menangis sesenggukan. Saat itu, Mas Igun memelukku dan menghiburku, “Sudahlah Alit jangan menangis, darah keperawanan ini akan menjadi kenang-kenangan buat kamu. Sebenarnya aku sayang sama kamu”.


Saat itu aku memang masih polos, pengetahuan seksku masih minim. Aku menikmati saja tapi ketika melihat darah keperawawan ku di atas sprei, aku jadi bingung, takut, malu dan sedih. Aku sebenarnya juga sayang sama Mas Igun, akan tetapi...

Setelah lulus SMA, dia bertunangan dengan cewek lain dan melupakanku. Katanya karena ada sedikit "kecelakaan". end
loading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

loading...

Pembaca Setia

Label

Arsip Blog