Mulanya aku
tdk percaya sama yg namanya kencan sex di internet. Namun, setelah memanfaatkan
milis internet, aku baru bisa percaya. Sebab, aku memang bisa dapat teman
kenacan untuk bercinta. Setelah aku melihat daftar nomer hp para wanita yg
butuh teman kencan melalui SMSdate segera aku menyebar sebuah SMS perkenalan.
Dan hasilnya
SMSku dapat balasan dari seorang wanita 32 thn asal jakarta (sebut saja namanya
Laras. Mulanya, dia kaget dan mengaku tak pernah mencari teman pria kencan
lewat sms. Namun setelah berbincang beberapa saat, akhirnya dia mengakui
dirinya adalah seorang wanita kesepian. Bahkan dia malah memintaku datang ke
jakarta dan segala biaya akan ditanggung.
Tanpa pikir
panjang, aku menyatakan siap. Dengan memanfaatkan jasa kereta jurusan kota xxx
– jakarta, aku bisa melesat ke Stasiun Senin Jakarta. Seperti yg dia pesan, aku
diminta menunggu di pintu keluar stasiun. Lumayan lama aku menunggu, aku
menunggu sendiri di pintu keluar stasiun, hampir 2 jam hanya duduk memandang
orang berlalu lalang.
Semula aku
hampir putus asa dan curiga, jangan-jangan ini hanya bohongan. Ketika langit
Jakarta sudah mulai gelap, Ketika aku memutuskan untuk pergi dari stasiun senin
(karena merasa di bohongi), tiba-tiba ada seorang wanita tua yg menghampiriku.
Wanita tua
itu menyampaikan pesan bahwa aku telah di tunggu seorang wanita bernama Laras
di sebuah taksi yg ada di halaman parkir. Karuan saja, perasaanku jadi plong,
Seketika itu aku langsung mencari taksi tersebut. Begitu aku membuka pintu
taksi, Ohh.. dadaku berdegup. Wanita kencan SMSku itu ternyata tdk setua
usianya. Tubuhnya terlalu tinggi bagiku, sekitar 170cm, sedangkan aku hanya
165cm. Rambut panjang sebahu dan berkulit putih bersih.
“Ayo,
masuk..” pintanya sembari memberi ruang duduk di sampingnya.
Raut mukanya
tampak gembira ketika menatap wajahku.
“Ke hotel
xxx, ya Pak” ujarnya pada sang sopir taksi.
Di dalam
taksi, duduk berhimpitan bersama laras, aku seperti dibawa terbang ke langit
tujuh. Betapa tdk, tubuhnya montok sekali, seolah ada rasa dahaga yg tertahan
bertahun-tahun. Hmmm.. rasanya itu membuatku tak sabar untuk menikmati tubuh
montoknya. Karena itu, begitu tiba di hotel xxx aku bergegas chek-in dan
meluapkan rahasia perasaanku di kamar hotel nomor 151.
Di kamar
hotel 151, di antara lampu remang-remang, Laras hanya terdiam memandangiku.
Matanya meneliti lekuk-lekuk tubuhku yg masih basah habis mandi.
“Sini
sayang, aku pijitin. Pasti kamu capek, kan,” ujar Laras kemudian.
Tanpa banyak
kata, aku hanya menurut saja. Maklum aku capek setelah menempuh perjalanan
jauh. Kalau di pijitin. ohh.. rasa pegal-pegal di tubuhku pasti akan hilang.
Karena itu, aku tidur tengkurap di tempat tidur dengan setengah telanjang di
dekat Laras.
“Sebelah
mana dulu yg dipijit sayangku” suara Laras yg mendesah membuat darahku
berdesir.
“Terserah
kamu” jawabku singkat.
Tak lama
kemudian, jari-jarinya sudah menelusuri lekuk-lekuk tubuhku. Kadang-kadang jari
Laras nakal menggoda bagian sensitifku. Pijatannya sangat lembut. Beberapa saat
kemudian, aku ganti menawarkan diri untuk memijit tubuhnya yg montok. Seperti
yg Laras lakukan padaku tadi, aku mulai memijit bagian lehernya, kemudian
bergeser ke punggung, pinggang dan paha. Setelah itu tubuh Laras kubalikkan
sehingga terlentang. Kali ini aku memijit bagian toketnya dengan halus.
Selanjutnya aku mulai beraksi erotik. Mulanya aku membelai rambut Laras dan
mengecup bibirnya. Laras membalasnya dengan lembut, penuh kasih sayang.
Kutatap
matanya erat, kusingkirkan bajunya yg menutupi toketnya, yg sungguh merangsang
diriku. Perlahan tapi pasti kukulum putingnya dan dengan tangan kiriku
memilin-milin puting susu yg satunya lagi.
Laras
mendesah kenikmatan, sungguh suara yg merdu dan hal ini membuatku bertambah
semangat. Selang beberapa menit kulepas kuluman di putingnya sambil tetap
kumainkan tangan kiriku, kemudian kulihat memek Laras basah. Kumainkan itilnya
dan semua ruang memeknya hingga Laras mengelinjang-gelinjang hebat.
Ketika
batang k0ntolku tegang mengeras, kuregangkan kedua pahanya dan kumasukkan
jariku ke lubang memeknya, kumainkan jariku di memeknya, Laras pun semakin
mendesah keras, sampai kusadari kalau waktu ku tusukkan di bagian atas kanan,
desahanya semakin keras dan lendirnya makin banyak, penasaran jariku kupusatkan
di bagian itu dan ke gesek-gesek bagian itu ternyata Laras pun mendesah makin
keras.
Lendirnya
keluar banyak sekali, aku pun mulai tak sabar, kuangkat batang penisku dan
kutusukkan ke lubang memeknya dengan tempo cepat, kali ini aku tusukkan terus
menerus tapi rupanya penisku masih membutuhkan waktu untuk reload sehingga
pejuhku tdk cepat keluar.
Laras masih
mendesah dan mengerah dengan kerasnya, dan kutusukkan batang k0ntolku ke bagian
atas kanan, dan yah dia pun makin mengerang keras, dan kurasakan cairan
kenikmatanya menyembur dengan derasnya, aku makin bernafsu dan kulihat wajahnya
yg khas, wajah yg penuh kepuasan dan erangan penuh kenikmatan yg merdu, yg
membuat penis pria manapun tak akan tahan, dan aku pun keluar dengan derasnya
di lubang memek Laras.
Ketika aku
terbangun dari tidurku, sekitar jam 12 malam, Laras telah menyediakan secangkir
kopi panas dan duduk di samping tempat tidur. Tapi hasratku masih tinggi. Tdk
bisa tdk aku harus beraksi lagi. Maklum, aku hanya bisa berada di Jakarta hanya
sehari. Sungguh sayang hanya sekali main di ranjang panas ini. Karena itu,
setelah meminum kopi aku segera melepaskan BH nya.
Tanganku
dengan bebas memainkan toketnya. Putingnya ku pilin dengan lembut. Kami berdua
sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar
dinding kamar hotel. Kami berdua terangsang tak karuan. Nafas kami semakin
memburu. Aku merasa tubuhnya menyandar di dadaku. Dia sepertinya pasrah. Gaun
daster Laras kubuka. Didalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap
wajahnya. Toketnya kuremas perlahan-lahan dan kuhisap puting susu yg mengeras
itu hingga memerah.
Laras
semakin gelisah dan nafasnya sudah terengah-engah tak beraturan. Tangannya liar
menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam di celah toketnya yg montok.
Mulutnya mendesah dan mengerang.
“Emmmhhh…
ssshhhhh…”
Puting
toketnya yg mengeras kujilati, kuhisap bahkan kugigit perlahan-lahan. Lalu aku
melepas kain yg menutupi pinggangnya. Jilatanku kini berpindah tempat bermain
di pusarnya, sambil tanganku mengelus-elus pahanya. Tangan Laras semakin kuat
menjambak rambutku. sambil mendesah dan nafasnya terengah-engah tak teratur
ketika celana dalamnya kutarik ke bawah. Mulai kusentuh bagian sensitifnya.
kuelus-elus rambut pubisnya. Jilatanku pindah semakin ke bawah, kumainkan
itilnya. Mungkin karena sudah tak tahan dia menarikku berdiri dan mengajakku ke
tempat tidur.
Dia ingin
memeknya segera kugenjot di atas ranjang. Tubuh Laras kubaringkan terlentang,
tapi kakinya menjuntai ke lantai. Wajahnya menghadap ke kiri. Matanya terpejam.
Tangannya meremas kain sprei. Toketnya sengaja dia busungkan agar kujilati.
Puting susunya terlihat berair karena sisa air liur hisapanku tadi. Perutnya
terlihat rata dan mulus dengan pusar yg cukup indah. Tangankupun lantas melepas
semua pakaian yg menempel di tubuhku. Sekarang aku telanjang bulat di hadapan
Laras. K0ntolku sudah berdiri tegang sejak tadi.
Toketnya
membusung dihiasi dengan puting kecil berwarna kemerah-merahan. Memeknya begitu
indah dihiasi rambut tipis diantara pahanya. Laras terlentang kaku tak bergerak
sedikitpun, yg terdengar cuma nafasn yg memburu. Lalu aku duduk di pinggir
kasur sambil mendekap tubuhnya. Begitu halus dan lembut tubuhnya. Kumemeluknya
dengan nafsu yg memburu. Kulumat mesra bibirnya, sambil tanganku meraba seluruh
tubuhnya. Lalu tanganku meremas-remas toketnya yg montok, sesekali puting
susunya kupilin lembut. Aku semakin terangsang. Kudekatkan k0ntolku ke
tangannya. Laraspun lalu mengenggap erat dan dikocoknya pelan.
Laras tahu
apa yg harus dia lakukan. Dipegangnya k0ntolku yg sudah sangat keras lalu
dimasukan ke dalam mulutnya. Lidahnya tak habis-habisnya melumat kepala
k0ntolku. K0ntolku dikulum sampai ke pangkalnya. Rasanya begitu istimewa
sampai-sampai sulit diungkapkan lewat kata-kata. Laras menghisap kuat k0ntolku.
Karena tak
tahan k0ntolku diperlakukan seperti itu akupun menjerit keenakan. Setelah selesai
bermain-main dengan k0ntolku sekarang giliranku yg bermain-main dengan
memeknya. Kukangkangkan kedua paha Laras kucari lubang memeknya yg telah basah
itu. Lalu kujulurkan lidahku ke bibir memeknya sambil mengelus-elus itilnya.
Laras mendesah menahan nikmat. Kujilat, kulumat lubang memeknya dengan lidahku.
Bau lendir khas wanita semakin kuat menusuk hidungku. Nafsukupun semakin
menjadi-jadi. Kulihat air berwarna putih kental keluar dari lubang memeknya.
Rupanya Laras sudah sangat terangsang, pikirku.
Tak lama aku
kembali pada posisi semula. Tubuh kami sekarang berhadapan. Kemudian Laras
menarik tubuhku ke ranjang. Aku mendindihya, toket Laras tertindih oleh dadaku.
Laras lalu memperbaiki posisinya ketika tanganku mencoba meraba pangkal
pahanya. Dibukanya kedua kaki Laras sehingga jariku menyentuh memeknya. Lidahku
kembali memainkan toket dan puting Laras. Kuhisap putingnya, kali ini hisapanku
sengaja agak kuperkuat sampai Laras menjerit agak keras. Punggung Laras sedikit
diangkat ketika lidahku mengitari pusarnya.
Akhirnya
jilatanku turun sampai ke celah pahanya. Laraspun semakin membuka pahanya
ketika aku menjilat itilinya, kadang-kadang kakinya menjepit kepalaku. Lidahku
terus sibuk menikmati memek yg ada di depan mataku. Desahan Laras semakin menjadi-jadi,
sambil rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan.
“Enak nggak
sayang?” tanyaku lembut dengan nada menggoda.
Laras tak
menjawabnya, dia hanya melihatku sambil menarik napas panjang. Aku mengerti,
itu tandanya agar aku segera mengenjotkan k0ntolku ke memeknya. Memeknya basah
dibanjiri oleh lendir dan air liurku. Kugesek-gesekan kepala k0ntolku ke bibir
memeknya. Pelan-pelan kutekan k0ntolku agar masuk ke lubang memeknya. Terasa
agak sempit. Kulihat laras menggelinjang seperti kesakitan.
“Pelan-pelan
ya yg masukinnya”, pintanya manja sambil menahan sakit.
Aku pun
sekarang mengerti. Memang aku belum begitu pengalaman. Ketekan lagi. Kusukkan
lagi batang k0ntolku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. Sangat
hati-hati. Terasa memang sempit. Lalu Laras memegang erat lenganku. Bibirnya
meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Hanya sebagian k0ntolku yg
masuk lubang memeknya. Kudiamkan sebentar k0ntolku. Laras juga terdiam. Tenang.
Sementara itu, kupeluk tubuhnya dengan gemas sambil memainkan toketnya,
menjilat, mengelus, mengulum dan menggigit pelan. Bibirnya ku cium lidahnya
kumainkan. Kami berdua memang sudah sangat bernafsu dan terangsang.
“Mau
dilanjutkan…?” tanyaku kemudian.
Laras
membuka matanya. Dia tersenyum manis. Kutusukkan lagi kont0lku lebih dalam.
Kemudian kutarik lagi ke belakang perlahan-lahan. Kuhentakkan perlahan-lahan.
Memang sempit lubang memek Laras, mencengkram seluruh batang k0ntolku. Kont0lku
terasa seperti diremas-remas di dalam memeknya. Kami mulai terangsang! K0ntolku
mulai memasuki lubang memek Laras lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh
menggairahkan. Mata Laras terbuka menatapku dengan pandangan yg sayu ketika
k0ntolku mulai menyodok keluar masuk memeknya. Bibir indahnya dicibirkan
rapat-rapat seperti tak sabar menunggu tindakanku selanjutnya. Sedikit demi
sedikit k0ntolku masuk sampai ke pangkalnya.
Laras
mengerang seiring dengan sodokkan keluar masuk k0ntolku di lubang memeknya.
Kadang-kadang punggung Laras terangkat-angkat menyambut k0ntolku yg sudah
melekat di lubang memeknya. Berulang kali kukeluar masukkan k0ntolku siring
dengan nafas yg sudah tak teratur lagi. Suatu ketika Laras mengejang denga
manata terpejam. Tanganya memeluk erat pinggangku.
Punggungya
terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara pelan.
Cengkraman di dalam memeknya terasa lebih kuat seakan meremas k0ntolku yg
tertanama di dalamnya. Denyutan yg semakin kencang membuat k0ntolku semakin
tegang mengeras. Laras mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya.
Sodokkanku semakin cepat. Memek Laras semakin kencang menjepit k0ntolku.
Kurangkul tubuhnya kuat-kuat. Dia diam saja. Bersandar pada tubuhku, Laras
lunglai seperti tak bertenaga. Kusodok terus hingga tubuhnya seperti terguncang-guncang.
Dia membiarkan saja perlakuanku itu. Nafasnya pun semakin kencang.
Tak lama
kemudian, akhirnya aku sampai ke puncak. Pejuhku menyembur kencang ke dalam
memeknya. Laras mengait pahaku dengan kakinya. Matanya terbuka lebar menatapku.
Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah. Laras
mengerang kuat. Di saat aku menyemburkan pejuhku, sodokkan kuat menghujam masuk
ke dalam memeknya. Kulihat Laras mengelinjang-gelinjang. Dadanya terangkat dan
kepalanya mendongak ke belakang. Aku lupa segala-galanya.
Untuk
beberapa saat kami berdua merasakan kenikmatan yg luar biasa itu. Beberapa
sodokkan tadi memang membuat kami sampai ke puncak bersamaan. Sungguh puas.
Memang inilah pertama kalinya aku melakukan hubungan intim dengan orang lain
selain istriku. Walaupun dia seorang janda yg sudah berumur, bagiku dia adalah
wanita yg sangat cantik mempesona.
Laras memang
luar biasa dalam permainnya. Bagiku laras benar-benar memberiku surga dunia. Aku
terbaring lemas disisinya. Mataku terpejam seolah tdk ada tenaga untuk
membukanya. Dalam hati aku sangat puas karena bisa mengimbangi permainan
ranjang Laras. Kulihat Laras tertidur di sampingku. Laras mengaku puas sekali.
“Kamu
benar-benar hebat, k0ntolmu luar biasa..!” katanya dengan meronta.
Anehhanya
ketika aku merasa lelah, Laras malah mengocok batang k0ntolku. Suaranya
mengiba-iba membangkitkan gairahku
“Kamu,
suka?” tanyaku – cerita ngentot janda –
Dia tersyum
dan mengangguk tanda suka. Saat itu juga tanganku menggengam toketnya.
Tangannya mengocok terus batang k0ntolku. K0ntolku mengeras lagi. Kami jadi
terangsang kembali
“Kamu mau
lagi sayang?” tanyaku manja
Dia
tersenyum. Apa yg kuimpikan selama ini kini benar-benar menjadi kenyataan.
Perlahan ku buka selimutnya. Kulihat kakinya sudah mengejang, Sedikti demi
sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah. Toketnya mulai terlihat. Ohh..,
Jantungku kembali berdetak kencang. Kunikati lagi tubuh indahnya tanpa
perlawanan. Memek yg bersih, dengan bulu-bulu tipis yg mulai tumbuh di
sekililingnya, tampak berkilat di hadapanku. Kukangkangkan lebar kedua kakinya
hingga terlihat memeknya yg indah itu. Segera kudekatkan mulutku sambil
mengecup bibir memeknya dengan bibir dan lidahku. Dengan rakus lidahku
menjilati setiap bagian memeknya. Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan
kesempatan yg di hidangkan
Setiap kali
lidahku menekan kuat itilnya, Laras mendesah keenakan. Bibir dan lidahku
mengecup dan menjilat perlahan. Beberapa kali kulihat Laras mengejangkan
kakinya. Aku tak peduli bau khas memeknya memenuhi relung hidungku. Malah
membuat lidahku bergerak semakin liar. Kutekan lidahku ke lubang memeknya yg
kini agak terbuka. Rasanya ingin kumasukkan lebih dalam lagi, tapi tdk bisa.
Mungkin
lidahku kurang keras. Namun, kelunakan lidahku itu membuat Laras mendesah
karena nikmat. Dalam keadaan terangsang, kutarik tubuh Laras ke posisi
nungging. Ia menuruti permintaanku dan bertanya dengan manja.
“Aku mau
kamu apakan sayang?” bisiknya.
Aku diam.
Kuatur posisinya. Tanganya mencengkram sprei hingga kusut. Lendir kenikmatanya
sudah membasahi memeknya. Kubuka bibir memeknya. Kerphatikan dengan seksama.
Memang aku tak pernah melihat memek wanita serapat itu.
Bau anyir
dan bau pejuhku bercampur dengan bau asli memeknya yg merangsang. Bau memeknya
seorang wanita! Bulu memek Laras yg lembab dan melekat berserakan di sekitar
memeknya. Kusibakkan sedikit untuk memberi ruang.
Kutusukkan
jari telunjukku ke dalam lubang memeknya. Kumainkan di dalam memeknya. Kulihat
Laras menggoyang pinggangnya. Kucium dan kugigit pelan daging kenyal
punggungnya yg putih itu. Lalu kurangkul pinggangnya. Kumasukkan batang
k0ntolku ke lubang memeknya. Pingganya seperti terhentak. Dengan pelan
kutusukkan batang k0ntolku ke lubang memeknya dengan posisi doggy-style.
Tusukanku
semakin kencang. Nafsuku kembali sangat terangsang. Kali ini berulang kali aku
memaju mundurkan k0ntolku. Kuremas-remas sesukaku, bebas lepas. Rambutnya
berantakan. Lama juga Laras menahan lampiasan birahiku kali ini. Hampir 30
menit. Tusukkan k0ntolku memang hebat. Kadang pelan, kadan kencang.
Kudorong-dorong tubuh Laras. Dia merintih. Dengusan dari hidungnya memanjang.
Berulang kali. Seperi orang terengah-engah kelelahan
“Emmhh..
egh.. eghh..eghh”
Tak lama
kemudian aku merasakan pejuhku hampir nyembur lagi. Waktu itu kurangkul kedua
bahu Laras sambil menusukkan k0ntolku lebih dalam. Tenggelam semuanya batang
k0ntolku hingga ke panggkalnya. Waktu itulah kusemburkan pejuhku. Kutarik lagi,
dan kuhujamkan lagi ke dalam. 3-4 kali kutusk seperti itu. Laras terlihat
pasrah mengikuti hentakanku.
Kemudian
kupeluk tubuhnya walaupun k0ntolku masih terbenam di dalam memeknya.
Kuremas-remas toketnya. Kudejati wajahnya. Kami berciuman. Begitu lama hingga
terasa k0ntolku kembali normal.
Laras
sepertinya kecapean. Dahi kami penuh dengan peluh. Kami terlentang miring
sambil berpelukan. Laras terlihat lemas lalu tertidur.
Melihat
Laras begitu, dan hujan masih belum reda, nafsu birahiku bangkit lagi.
Kurangkul tubuh Laras dan aku bersetubuh sekali lagi. Tak terasa, kami berdua
seperti bermandikan pejuh. Setelah itu, kami berdua terkapar.
Ketika itu aku
bangun hari sudah siang. Sekitar jam 11.00 aku buru-buru chek-out dan pulang ke
kota xxx. Ternyata Laras masih ingin kencan lagi denganku. Tapi entah kapan
waktunya, Laras belum memastikan dan aku pun belum meikirkannya.
“Kamu memang
laki-laki kota xxx tulen. Diam-diam menghanyutkan. Lemah lembut tapi sungguh
luar biasa dahsyat. bisik Laras ketika mengantarku ke stasiun senin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar