Cerita Dewasa Terbaru - Gadis Polos dan Surga yang Menanti

Cerita Dewasa Terbaru - Gadis Polos dan Surga yang Menanti
Mbah Sukro adalah dukun sakti yang tinggal di desa pedalaman di lereng gunung di pulau Jawa. Usianya diatas 60 tahun. Badannya kurus, namun masih sehat. Ia adalah dukun sakti yang menguasai dunia perdukunan sehingga tidak ada yang berani melawannya.


Ia termasuk dukun yang kaya raya karena ia tak segan-segan mematok harga tinggi bagi para kliennya. Uang bukanlah pantangan baginya. Yang menjadi pantangan saat ia belajar ilmu saktinya adalah ia sama sekali tidak boleh berhubungan intim dengan wanita. Apabila melanggarnya, maka kesaktiannya akan hilang seharian sampai matahari terbenam hari berikutnya.

Cerita Dewasa - Menikmati Mahkota Ima

Cerita Dewasa - Menikmati Mahkota Ima
Aku biasa dipanggil Adi dan usiaku sekarang 32 tahun. Aku sudah beristri dengan 1 anak berusia 2 tahun. Kami bertiga hidup bahagia dalam arti-an kami bertiga saling menyayangi dan mencintai. Namun sebenarnya aku menyimpan rahasia terbesar dalam hidup berumahtangga, terutama rahasia terhadap istriku.


Bermula pada saat beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih berpacaran dengan istriku. Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Ima (sebut saja begitu). Ima dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar.



Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 3


Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus

Sebelumnya - Part 2 

Mama kini terdiam dengan nafasnya yang mulai teratur, kupikir Mama mau istirahat dulu atau malah tertidur. Lalu kuangkat pantatku pelan-pelan untuk mencabut batangku yang masih menancap. Akan tetapi, Mama dengan sigan menahannya dengan tangannya yang masih memelukku. Mama memiringkan tubuhnya sehingga kini tubuhku berada disampingnya sambil tetap berpelukan.

Dengan mata yang masih terpejam, Mama berkata dengan lirih, “Mass, biarkan saja punyamu itu di dalam, rasanya enak, seperti ada yang mengganjal”, sambil mencium bibirku mesra dan kami pun tertidur.

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 2

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 2

Selanjutnya - Part 3

Sebelumnya - Part 1

 

“Ayoooo Maas….cepat bawa Mama ke kamar”, katanya lagi, tanpa berfikir panjang akhirnya kubopong Mama dan kuangkat ke tempat tidurnya. Kuperlakukan Mama dengan lembut, hati-hati kubaringkan Mama dengan posisi terlentang. Kulihat, mata Mama masih tetap terpejam meski nafasnya yang cepat sudah sedikit mereda.

Saat itu aku ak tahu haru berbuat apa, akhirnya kuputuskan untuk tiduran di samping Mama. Sambil menggosok-gosok rambut, kupandangi Mama, aku takut terjadi apa-apa terhadapnya, meski seringkali tak sengaja mataku menengok tetek Mama yang masih menyembul keluar dari bajunya itu. Aku jadi tenang, ketika nafas Mama perlahan semakin teratur.

Tak lama kemudian mata Mama mulai terbuka pelan2 dan ketika melihatku ada disampingnya, Mama tersenyum manis sambil tangannya dieluskan ke wajahku.

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 1

Cerita Dewasa Terbaru - Mama, Janda yang Haus Part 1

Selanjutnya - Part 2

“Mah, kemana saja sih kok sudah sebulan ini baru datang” ? tanyaku sengit ketika Mama ku datang mengunjungiku di Bandung. "Ahh Mama dah dapat pengganti papa ya? Sampe gak sempat datang kayak dulu lagi. Aku gak mau kalau dapat papa baru" kataku.

Dia pun terlihat kaget karena aku sedikit marah, sore itu Mamaku baru datang dari Jakarta dengan rasa bersalah dia meminta maaf karena sibuk dengan pekerjaanya beliau juga mengatakan kalau masih tetap sayang denganku, aku pun sedikit bisa meredam amarahku.

“Masak sih Mas (Mama selalu memangggilku Mas sejak aku masih kecil), kamu enggak percaya sama Mama? Mama terlalu sama kamu, Mas. Jadi jangan curiga lagi seperti itu”, katanya ter isak sambil menciumi pipiku dan akhirnya kami berpelukan.

Cerita Dewasa - Menikmati Tubuh Mahasiswa KKN


Cerita Dewasa - Menikmati Tubuh Mahasiswa KKN


Hai, namaku Bambang. Aku tinggal di Yogya tetapi tidak di kotanya melainkan hanya di pedesaan pinggiran kota gudeg itu. Karena tidak mempunyai uang untuk kuliah jadi aku selama beberapa bulan ini setelah pengumuman kelulusan SMU hanya menganggur saja di rumah. 

 
Cerita ini merupakan kejadian nyata di suatu desa T***** di pinggiran kota Yogya pada tahun itu, dan ini menjadi sebuah trauma di desa saya, sehingga saya memberikan nama-nama samaran supaya tidak merugikan pihak lain.


Pada pertengahan bulan Maret tahun itu, desaku kedatangan sekelompok mahasiswa yang akan melakukan KKN. Mungkin karena ini baru pertama kalinya desaku jadi tempat tujuan KKN sehingga penduduk desaku sangat gembira mendengar akan ada mahasiswa yang akan ikut membantu meringankan beban dalam membangun desa kami terutama kepala dusunnya.

Kebetulan rumah tinggal yang di pinjamkan oleh kepala dusun untuk sekelompok mahasiswa itu bersebelahan dengan rumah saya, sehingga secara otomatis saya jadi dapat berkenalan dengan mereka. Mereka beranggotakan delapan orang, lima di antaranya cowok, tiga yang lainya cewek. Kebanyakan mereka bukan orang Yogya asli. Mereka ada yang berasal dari Bandung, Sumatra, dan Sulawesi, cuma satu orang yang berasal dari Yogya.

Mereka ditugaskan oleh kepala dusun desa saya untuk membangun sebuah kamar mandi umum untuk sarana desa yang selama ini belum terbangun. Setiap hari, ketika mereka sibuk dengan pekerjaan mereka, aku selalu memperhatikan salah satu anggota cewek dari ketiga mahasiswi tersebut. Ia bernama Sari, usianya sekitar 22 tahun, lebih tua 3 tahun denganku saat itu. Tingginya sekitar 167 cm, asalnya dari Bandung. Para pembaca tahu sendiri kan kalau orang Bandung umumnya berkulit putih mulus.

Aku selalu memperhatikan Sari karena tubuhnya yang indah dan bahenol itu, ia memakai BH yang berukuran mungkin sekitar 34 atau lebih, karena memang payudaranya sangat menonjol, apalagi saat kerja ia hanya mengenakan kaus ketat dan memakai celana gunung hanya pada bagian atasnya saja, mungkin karena panas sehingga bagian bawahnya tidak dipakainya saat bekerja, meskipun saat berdiri hanya sampai lutut, tetapi saat berjongkok atau duduk bersila, pahanya yang putih mulus itu sangat terlihat jelas dan saat berkeringat, BH-nya terlihat jelas karena tercetak terkena keringat. Aku jelas sangat tergoda dan bernafsu, apalagi di desaku jarang melihat cewek putih secantik dia.

Suatu ketika, saat mereka sedang bekerja keras, entah mengapa Sari minta diantarkan temannya ke tempat tinggalnya yang berjarak sekitar 200 m dari tempat kerjanya, aku langsung mengikutinya karena hanya gadis itulah yang aku sukai tubuh seksinya.

Sesampai di rumah mereka, Silvi teman Sari yang mengantarkannya, diminta Sari untuk segera kembali ke teman-temannya untuk membantu pekerjaan yang sedang mereka kerjakan agar cepat selesai. Mungkin karena kelelahan, ia langsung pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.

Karena rumah yang ditempatinya bukan termasuk rumah orang kaya maka kamar mandinya pun juga sederhana sekali, pintunya saja hanya terbuat dari seng yang tidak bisa tertutup rapat, bagian bawahnya terbuka sekitar 5 cm, dan bagian kanan atau kiri pintu juga mudah diintip. Aku sudah hafal dengan bentuk kamar mandi ini karena aku sering mengintip diam-diam dua anak Pak Kadus yang masih SMP dan SMU saat mereka mandi. Meskipun mereka berwajah manis tetapi masih kalah putih dan seksi dibandingkan si Sari.

Aku masuk lewat halaman belakang karena kamar mandinya juga terletak di halaman belakang. Mungkin karena sudah merasa aman setelah pintu depan ditutup dan dikunci rapat, ia mandi dengan santai sambil menyanyi-nyanyi lagu pop Britney Spears kesukaannya. Saat aku mulai mengintip, ia sedang berjongkok untuk kencing sehingga aku mulai khawatir kalau-kalau ia melihatku sebab ia berjongkok menghadap pintu depan kamar mandi sedangkan aku mengintipnya dari bawah pintu. Tetapi untungnya ia hanya melihat ke bawah lantai.

Saat ia kencing itulah aku merasa terangsang. Vaginanya terlihat jelas karena terbuka lebar dengan bulu-bulunya yang keriting dan lebat, dan yang paling kusukai dari dia tentunya adalah karena ia masih perawan. Aku jadi ingin merasakan bagaimana rasanya vagina cewek yang masih perawan karena selama ini aku hanya berpacaran dan berhubungan intim dengan wanita yang sudah tidak perawan dan tidak secantik dia.

Setelah ia selesai mandi, aku ingin segera keluar dari rumah itu, tapi karena hari itu hujan, aku terpeleset saat memanjat tembok dan menyenggol pot tanaman hingga ia langsung keluar dari kamar mandi dengan hanya menutup handuk untuk melihat suara apa itu dan langsung memergokiku.

“Loh Mas, kok disini, lagi ngapain kamu Mas?”.

“Eh.. Emm.. Aku ee.. Lagi manjat tembok tapi kepeleset”, ujarku beralasan.

Karena sudah tak tahan melihat tubuhnya yang putih mulus dan wangi itu aku mendekatinya dan tanpa basa-basi langsung kusekap mulutnya. Dengan mudah aku dapat meringkusnya dengan mengikat tangannya karena di tempat itu terdapat banyak tali-tali tambang, dan kuseret dia ke dalam kamar tidur entah milik siapa. Di situ aku buka ikatannya dan langsung kurebut handuknya sehingga ia telanjang bulat.

“Jangan Mas, jangan, kita kan tetangga”, ia hanya dapat menangis dan memohon-mohon saat aku melepaskan semua bajuku.

“Emang gue pikirin, aku dah nggak tahan ngeliat tubuh seksi lu!!”, bentakku.

Pistolku yang berukuran 18 cm ini langsung tegak menodong ke arahnya. Aku langsung menubruk dia. Karena ia melakukan perlawanan terpaksa aku menampar dan sedikit mencekiknya, karena hanya dengan cara inilah ia akhirnya dapat lemas dan menyerah tanpa membuat lecet kulit putih mulusnya. Aku mulai menciumi bibir tipisnya dan menjilati wajahnya sambil meremas-remas payudara dan memelintir putingnya, lalu aku melumat payudara dan menggigiti putingnya.

“Aah.. Aah sakit Mas!”, rintihnya lalu aku mulai meletakan penisku di atas vaginanya.

“Jangan digituin Mas, ampun Mas”, ia memohon sambil mengeluarkan air matanya.

“Santai aja Mbak, enak kok”

“Jangan Mas, jangan.. Aacchh.. Aacch.. Uucch sakit.. Ooch!!”, ia menjerit kesakitan saat aku berusaha keras memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang masih tertutup rapat.

Lalu kubalik posisi tubuhnya sehingga ia berlutut dan kutampar-tampar pantatnya hingga memerah, sambil kujilat-jilat pantat mulusnya.

“Wow, pantat Mbak indah juga, bulet tapi juga sekal banget”

Saat hampir kumasukkan penisku ke duburnya tiba-tiba pintu terbuka dan ada orang masuk. Sari tahu bahwa itu pasti temannya sehingga ia langsung berterika meminta tolong. Orang itu mendengar teriakan Sari lalu langsung menuju kamar ini hingga ia terkejut bukan main begitu juga denganku

“Hey, sedang apa kau?”

“Eh.. Mm anu aku..” aku bingung menjawabnya.

Sari sempat lega melihat salah seorang temannya datang. Teman pria Sari itu sempat ingin marah ketika Sari akan kusodomi. Tetapi ketika ia melihat kemolekan tubuh Sari, ia jadi terdiam sesaat. Mungkin ia juga terangsang, karena saat aku melihat bibirnya ia mengucapkan kata “Wow” dengan lirih secara tidak sengaja. Tanpa disangka ia lalu malah memberi suatu penawaran kepadaku.

“Kalo lu ngasih aku bagian dari tubuh sexy ini, aku nggak bakalan ngomong ama tetangga sebelah, OK?”

“Oh boleh saja, kita nikmati bareng-bareng aja.” tentu saja aku setuju dari pada dikeroyok masa.

Dia langsung membuka bajunya yang sudah basah terkena hujan.

“Loh, Hen kamu ini gimana sih, aku ini temanmu” Sari merasa kecewa ketika ia melihat temannya itu sedang mengeluarkan batang kejantanannya dari CD-nya.

“Iya aku juga tau lu ini temanku, tapi kan cuman teman KKN aja dan selama ini aku selalu terangsang ngeliat tubuh lu saat ngintip lu mandi, he.. he.. he”, ujarnya.

Aku langsung melanjutkan kegiatanku tadi. Saat Sari masih berdebat dengan temannya, langsung saja kumasukkan penis 18,5 cm-ku ini ke lubang duburnya.

“Hendi, kamu ini kurang aj.. Aacchh.. Aach.. Oocch!!” ia menjerit kesakitan.

“Ooch.. Aacch.. Yes wauw biar seret tapi enak tenan Sar duburmu!!”, ujarku.

Temannya pun tak tinggal diam, ia langsung menyodorkan batang kemaluannya ke wajah Sari.

“Nah Sar entot nih kontolku, ha.. ha.. ha!!”, ia memaksa membuka mulut Sari dengan menjambaknya.

“Please Hen, please.. mmph.. mmphh!”.

Sari merasakan siksaan sampai hampir muntah, karena memang ia belum pernah mengulum penis seseorang. Kugenjot-genjot penisku, karena aku senang jika melihat payudaranya bergoyang-goyang.

“Aach.. Oocchh.. Yes!!”.

Akhirnya kusemprotkan cairan spermaku ke lubang duburnya. Si Hendi pun ikut menyemburkan cairan kentalnya ke mulut Sari dan memaksanya untuk menelan semuanya dan menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel di penisnya. Lalu kami beristirahat sebentar sambil merokok dan menonton film porno di ruang tengah. Lalu temannya yang ternyata bernama Hendi itu mampir ke warung sebelah untuk membeli vitamin penambah tenaga dan obat kuat.

Setelah 30 menit, hari masih hujan lebat sehingga teman-temannya yang lain kemungkinan masih akan lama pulangnya. Kami pun meneruskan memperkosa Sari. Ia mengira penderitaanya sudah berakhir karena saat aku menghampirinya, ia sudah memakai CD-nya kembali. Ia pun terkejut saat aku menghampirinya sehingga ia melakukan sedikit pemberontakan tapi tidak berhasil lalu langsung kutampar hingga jatuh dan Hendi melepaskan kembali CD-nya.

“Tolong sudahi saja Hen, aku sudah cape”, mohonnya.

“Hey aku kan belum nyoba vagina lu tau!”

Hendi berbaring telentang di kasur dan mengangkat tubuh Sari dengan posisi tengkurap menghadap dirinya, dan langsung menghujamkan penisnya ke vaginanya.

“Aacchh.. Uucchh.. Sst tolong, udah aja Hen, sakit..!”, rintihnya.

Tanpa kutunggu-tunggu, aku langsung ikut menunggangi tubuh Sari dan memasukan penisku ke vaginanya sehingga penisku dengan penis Hendy bergesekan dalam satu vagina hingga lapisan klitoris Sari robek dan berdarah.

“Aacchh.. Aacch.. Uucch.. Sstt aduuh sakit banget, toloong!!”

Setelah sekitar 25 menit, Hendi menyemprotkan spermanya dulu lalu mencabutnya, dan tubuh Sari kubalikkan telentang. Lima menit kemudian ganti aku yang menyemprotkan cairan hangat dan kentalku. Aku pun lemas dan menindih tubuh seksinya tapi tidak langsung mencabut penisku dari vaginanya. Sari pun juga sudah sangat lemas tidak berdaya.

Karena hujan sudah mulai agak reda, Hendi langsung mengeluarkan HP-nya dan memfoto bagian-bagian vital tubuh telanjang Sari untuk mengancam Sari agar tidak membuka mulut kepada siapapun. Lalu kami memakaikan bajunya. Saat kemudian 2 orang lagi temannya datang, kami terlihat sedang menonton TV bersama.

Meskipun wajah Sari terlihat sedih, mereka tidak mengetahui dan tidak mempedulikannya karena memang hubungan mereka belum begitu akrab sebab mereka semua berbeda jurusan apalagi baru saling kenal beberapa hari. Tetapi beberapa hari kemudian, Sari akhirnya mengaku kepada keluarganya bahwa ia telah diperkosa oleh saya dan temannya saat KKN, sehingga kami pun ditangkap oleh polisi dan dipenjara selama 2,5 tahun.

Setelah kejadian itu, warga desa saya menjadi trauma karena takut kejadian itu akan terulang lagi dan itu telah memperburuk nama desaku. Sejak saat itu jika ada KKN lagi, penduduk desa saya meminta para anggota KKN khususnya cewek harus berpakaian sopan dan tidak merangsang, karena pemuda di desaku memang jarang keluar desa, sehingga agak mudah terangsang jika melihat cewek cantik dengan pakaian yang sedikit menggoda.

Cerita Dewasa Terbaru - Kisahku sebagai Gadis Polos

Cerita Dewasa Terbaru - Kisahku sebagai Gadis Polos
Aku merupakan seorang anak yang beruntung. Ayahku memiliki kedudukan tinggi di kantornya, sedangkan Ibuku seorang juru rias wajah terkenal. Bahkan, Ibuku sering menjadi pembicara di mana-mana.

Sayangnya, dengan semua itu, mereka menjadi orang yang terlalu sibuk. Aku juga memiliki kakak perempuan, namanya Luna, terpaut 2 tahun denganku. Ya, setidaknya aku memiliki teman untuk mengadu tentang apapun. Akan tetapi, akhir-akhir ini, intensitas kita berbagi cerita semakin mengurang. Entah, kenapa, aku juga tak tahu, mungkin karena dia memiliki pacar baru.

Saat aku masuk SMA yang sama dengan kak Luna, ia sudah duduk di kelas 3. Bukannya sombong, tetapi kenyataan bahwa banyak teman-teman yang naksir padaku. Bahkan teman-teman kak Luna. Kata mereka, aku ini cantik, walaupun aku merasa biasa-biasa aja (dalam hati bangga juga hehe).
Rambut hitam bergelomang, mata bulat, dan bibir tipis dipadukan dengan tubuhku yang bongsor dibalut kulit putih bersih. Ya, mungkin bisa dibilang ideal. Dan karena tubuhku yang bongsor, payudaraku terlihat lebih besar dibanding teman-teman seumuranku. Kadang suka malu juga saat olahraga, karena saat lari gunung-gunung ini bergoyang kesan kemari mengikuti gerakanku. Padahal hanya berukuran 34B saja.

Mas Igun, nama seorang teman kakakku, sering sekali main ke rumah. Ibuku sangat dekat dengan orangtuanya karena memang sudah saling mengenal cukup lama. Bahkan anaknya ini, mas Igun, sudah dianggap seperti saudara sendiri. Dia kadang menonton tv, membaca, sampai tidur siang pun sudah biasa dilakukan di rumah. Katanya, lebih enak di sini, nyaman, ada AC- nya.

Pada suatu Minggu, aku di rumah sendirian. Seperti biasa, Ibu dan Ayah pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan mereka. Kak Luna sedang liburan bersama teman-temannya. Dan kebetulan, pembantuku, sedang pulang kampung. Sebenarnya, aku diajak oleh Ibuku untuk ikut, tetapi karena PR menumpuk dan harus segera diselesaikan, aku menolak ajakan itu.


Baru berpikir jika sendiria, tiba-tiba terdengar bunyi derit rem sepeda. Dan kulihat, Mas Igun sedang menyandarkan sepedanya di garasi. Dengan tubuhnya yang masih basah dengan keringat itu dia mendatangiku, 
"Habis muter-muter nih, mampir ya, mana Kak Luna?". tanyanya padaku yang masih memperhatikan tubuhnya yang dibalut kaos ketat itu.
Aku menyuruhnya masuk dan kuceritakan bahwa semua orang di rumah pergi keluar kota. Kami pun ngobrol di ruang tamu sambil nonton TV. Ya, setidaknya ada Mas Igun yang menemaniku sekarang.Mas Igun ini suka iseng kepadaku. Tangannya seringkali menggelitik pinggangku sehingga aku kegelian. Aku protes. 
“Datang-datang…, mengganggu saja. Mending bantuin aku ngerjain PR”.
Eh…, Mas Igun ternyata nggak nolak, dengan seriusnya dia mengajariku, satu persatu aku selesaikan PR-ku. 
“Yess! Rampung!”, aku menjerit kegirangan.
Saking senangnya karena PR-ku yang begitu banya dapat selesai dengan cepat, Aku melompat dan memeluk Mas Igun,
“Makasih Mak Agun”. Nampaknya Kak Agun kaget juga, dia bahkan nyaris terjatuh di sofa.
“Nah…, karena kamu sudah menyelesaikan PR-mu, aku kasih hadiah” kata Mas Igun. 
“Apa itu? Coklat?”, kataku. 
“Bukan, tutup mata dulu”, kata dia. Aku agak heran tapi mungkin akan diberi surprise terpaksa aku menutup mata.


Tiba-tiba aku kaget, karena bibirku rasanya seperti dilumat dan tubuhku terasa dipeluk erat-erat. “Ugh…, ugh…”, kataku sambil berusaha menekan balik tubuh Kak Agun. 
“Alit…, nggak apa-apa, hadiah ini kubirikan karena Mas Igun sayang Alit”. 
Rasanya tubuhku tiba-tiba lemas sekali, belum sempat menjawab bibirku dilumat lagi.

Kini aku diam saja, aku berusaha rileks, dan lama-lama aku mulai menikmatinya. Ciuman Mas Igun begitu lincah di bibirku membuatku semakin menikmatinya. Tangannya mulai memainkan rambutku, diusap lembut dan menggelitik kupingku. Aku jadi geli, tapi saat itu aku merasa berbeda. Rasanya seperti ada perasaan lain yang muncul. Entah apa, aku tak tahu.


Kembali Mas Igun mencium pipiku, mataku, keningku dan berputar-putar di sekujur wajahku. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Perasaan asing ini semakin meningkat. Napasku mulai tak beraturan seiring detak jantungku yang terpacu semakin kencang. Kemudian aku diangkat dan sempat kaget! 
“Mas Igun…, kuat juga”.


Dia hanya tersenyum lalu membopongku ke kamar. Direbahkannya tubuhku di atas ranjang dan Mas Igun mulai menciumku lagi. Saat itu, perasaanku semakin tidak karuan antara kepingin dan takut. Antara malu dan ragu. Ciuman Kak Agun terus menjalar hingga leherku. Tangannya mulai memainkan payudaraku.


“Jangan…, jangan…, acch…, acch…”, aku berusaha menolak namun tak kuasa. Tangannya mulai menyingkap menembus ke kaos Snoopy yang kupakai. Jari-jemarinya menari-nari di atas perut, dan meluncur ke BH. Jemarinya sangat terampil menerobos sela-sela BH dan menggelitik putingku.


Saat itu aku benar-benar panas dingin, napasku memburu, suaraku rasanya hanya bisa berucap dan mendesis-desis “ss…, ss…”,. Tarian jemarinya membuatku tubuhku terasa limbung, ketika dia memaksaku melepas baju, aku pun tak kuasa. Nyaris tubuhku kini tanpa busana. Hanya CD saja yang masih terpasang rapi.

Mas Igun kembali beraksi, ciumannya semakin liar, sedangkan tangannya mulai meremas-remas payudaraku. Kini, aku benar-benar sudah hanyut. Aku mendesah kecil merasakan suatu kenikmatan mengalir dalam tubuhku. Aku mulai berani menjepit badannya dengan kakiku.


Perlakuanku itu membuatnya semakin liar. Tangan Mas Igun dengan cepat menelusup ke CD-ku. Aku kaget dan menjerit, “Jangan…, jangan…Mas”, aku berusaha menarik diri. Tapi Mas Igun tentu lebih kuat dariku, membuaku tak berdaya. Gesekan tangannya mengoyak-koyak helaian rambut kemaluanku yang tidak terlalu lebat. Dan tiba-tiba aku menggelinjang kuat, guncangan yang sangat nikmat, ketika dia menyentuh sesuatu di "sana"


Aku menggelinjang dan menahan napas, “Mas Igun…, ohh.., oh…”, aku benar-benar dibuatnya berputar-putar. Jemarinya memainkkan clit-ku. Diusap-usap, digesek-gesek dan akhirnya aku ditelanjangi. Aku hanya bisa pasrah saja. Tapi aku kaget ketika tiba-tiba dia berdiri dengan penisnya yang sangat tegang.


Kini, perasaan ngeri, dan takut mulai muncul. Tanpa menghiraukan itu, Mas Igun tetap melanjutkan permainannya. Saat itu aku benar-benar sudah tidak kuasa lagi, aku pasrah saja, aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa, barangkali karena aku sangat  menikmatinya. Aku memang belum pernah merasakannya walau sebenarnya takut dan malu.


Tiba-tiba aku kaget ketika ada “sesuatu” yang mengganjal menusuk-nusuk milikku, 
“Uch…, uch…”, aku menjerit. “Mas Igun, Jangan…, ach…, ch…, ss…, jangan”. 
Ketika dia membuka lebar-lebar kakiku dia memaksakan miliknya dimasukkan. 
“Auuchh…”, aku menjerit. “Achh!”, Terasa dunia ini berputar saking sakitnya.


Benar-benar sakit, aku bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di dalam. 
Mas Igun yang melihatku kesakitan, sesaat diam sebentar. 
Tak berapa lama Mas Igun perlahan menggenjot lagi. Aku menjerit lagi, “Auchh…, auchh…”.
Walaupun rasanya (katanya) nikmat saat itu aku merasa sakit sekali. Mas Igun secara perlahan menarik “miliknya” keluar. Kemudian dia mengocok batangnya yang kemudian memuntahkan cairan putih yang kental.


Saat itu aku hanya terdiam dan termangu, setelah menikmati cumbuan aku merasakan sakit yang luar biasa. Betapa kagetnya aku ketika aku melihat sprei terbercak darah keperawanan ku. Aku meringis dan menangis sesenggukan. Saat itu, Mas Igun memelukku dan menghiburku, “Sudahlah Alit jangan menangis, darah keperawanan ini akan menjadi kenang-kenangan buat kamu. Sebenarnya aku sayang sama kamu”.


Saat itu aku memang masih polos, pengetahuan seksku masih minim. Aku menikmati saja tapi ketika melihat darah keperawawan ku di atas sprei, aku jadi bingung, takut, malu dan sedih. Aku sebenarnya juga sayang sama Mas Igun, akan tetapi...

Setelah lulus SMA, dia bertunangan dengan cewek lain dan melupakanku. Katanya karena ada sedikit "kecelakaan". end

Cerita Dewasa Terbaru - Nikmatnya Diperkosa

Cerita Dewasa Terbaru - Nikmatnya Diperkosa

"Si boneka Jepang"! Ejekan yang sering diarahkan teman-teman padaku. Mungkin karena postur tubuhku yang memiliki tinggi 167 cm dengan berat 52 kg, berkulit putih, berambut hitam panjang lurus dengan model pony, dan ukuran bra 36a. Ya, silahkan dibayangkan.

Namaku Narnia, biasa dipanggil Nia. Kejadian ini terjadi waktu aku kuliah dulu, saat itu usiaku baru 21 tahun. Dan hari itu aku dan temanku Reni menginap di rumah Melly, kami bertiga sedang belajar bersama untuk menghadapi ujian semester.


Rumah kawanku Melly tidaklah terlalu besar..
Terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar Melly, kamar adiknya di lantai 2, satu kamar mandi, dan kamar pembantu di belakang dekat dapur. Melly hanya tinggal bersama ibunya, adiknya bernama Adri yang masih duduk dibangku SMP dan seorang pembantu.. Mbok Inah namanya.


Sore hari itu ketika kami sedang belajar di kamar Melly, tiba-tiba ibunya Melly masuk ke dalam kamar lalu:

"Wah.. Lagi pada belajar yaa.." serunya


“Iya Mah” jawab Melly


“O iya.. Mel.. Ini ada Om Adi..”


Lalu aku melihat seorang pria masuk ke dalam kamar.. Orangnya biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa.. Tidak terlalu tinggi.. Berkulit sawo matang dan usianya kira-kira menjelang 40 tahun, tapi masih tampak segar, dan Om Adi ini langsung menyalami kami semua.. termasuk aku.


“Mel.. Nanti Om Adi akan nginap disini.. Tapi sekarang Mama mau pergi dulu sama Om Adi..” seru ibunya Melly


“Kemana Maa..?”, tanya Melly


“Ah.. Hanya ke rumah Tante Nike aja.. Malam juga pulang” sahut ibunya Melly.


“Okee.. Maa.. Hati-hati yaa.. Om Adi.. Jagain Mama yaa” sahut Melly.

Setelah itu, mereka berlalu pergi sementara kami meneruskan belajar. usai belajar, diskusi, dan bercanda, ternyata waktu telah  menunjukkan pukul 11 malam. Melly mengusulkan agar kita tidur dulu. Maka kami bertigapun ganti baju.. Aku mengenakan baju daster biasa yang aku bawa dari rumah, dimana dasterku model terusan dan hanya sampai sebatas lutut saja.


Selepas ganti daster aku pun ke kamar mandi untuk gosok gigi dan buang air kecil. Lalu kulepas bra dan CD ku, sudah menjadi kebiasaanku kalau tidur hanya pake daster saja tanpa CD dan bra. Kembali kekamar, aku melihat Melly dan Reni sudah berbaring diatas ranjang, aku pun segera bergabung dengan mereka. Kami bertiga tidur dengan nyenyak.


Sekitar jam 8 pagi aku bangun, kulihat Melly dan Reni telah mengenakan pakaian yang rapih,

“Eh.. Pada mau kemana?” tanyaku.


“Gue mau anterin Reni pulang..”sahut Melly.


“Jangan lama-lama dong.. Gue kan sendirian.. Ibu lu kemana mel?” tanyaku lagi.


“O.. Mama tahu tuh tadi pergi..”


“Terus.. Om lu itu.. Om Adi kemana?”


“Dia nganterin Andri sekolah”


“Wah gue sendirian dong..” sahutku.


“Sudah.. Tenang aja.. Kan ada si mbok” sahut Melly.


Lalu mereka pergi meninggalkan aku sendiri di kamar, setelah menyisir rambut aku mengambil handuk dan keluar kamar.. Tampak sepi didalam rumah itu, dan akupun menuju ke kamar mandi, ketika aku sedang mandi.. Tiba-tiba terdengar suara.


“Non.. Non nia”


Ah.. Ada apa nih si mbok.. Pikirku, “Kenapa mbok..?” seruku dari dalam kamar mandi.


“Non.. Mbok pergi kepasar dulu yaa..” serunya.


“Iya.. Mbok” sahutku.


Seusai mandi, aku membalut tubuhku dengan handuk, tidak terlalu besar memang.. Hanya sebatas dada sampai setengah paha, lalu aku keluar kamar mandi.. Dan memang tampak sepi sekali dalam rumah itu, dan akupun yakin.. Tidak ada siapa-apa lagi selain aku didalam rumah itu.


Lalu aku menuju kekamar.. Tanpa menutup pintu.. (suatu kesalahan bagiku, tetapi..) karena jendela aku tutup, maka aku pun menyalakan lampu sehingga kamar terang benderang, aku berdiri di depan meja rias sembari menyisir rambutku yang panjang..


Tiba-tiba.."ting".. Giwangku jatuh ke lantai dan meluncur kebawah ranjang, akupun segera berlutut dilantai dan menjulurkan tanganku kebawah ranjang.. Tapi tidak tersentuh giwangku itu, lalu aku semakin membungkukkan tubuh ku..


Sehingga posisi ku menungging dengan kepala masuk kebawah ranjang.. Aku tidak sadar kalau posisiku itu membelakangi pintu.. Dan yang lebih parah lagi aku tidak sadar kalau diambang pintu ada Om Adi yang sedang memperhatikan..


Jelas saja Om Adi itu dapat melihat bentuk kemaluanku dengan jelas dari belakang.. Karena saat itu handukku pun tersibak ke atas.. Aku tidak tahu berapa lama Om Adi memperhatikan kemaluanku dari belakang karena cukup lama aku mencari-cari giwangku itu.


Tiba-tiba.. Ehmm.. Ehmm.. Terdengar batuk Om Adi.. Aku terkejut setengah mati, dan buru-buru berlutut lagi..


“Oh.. Om Adi..” seruku gugup, tampak Om Adi hanya tersenyum saja..


Aku pun segera bangkit berdiri dengan perasaan tidak karuan.. Karena gugupnya.. Tiba-tiba.. Handukku terlepas dan jatuh ke lantai.. Kini aku jadi tambah salah tingkah..


Dan di dalam kegugupan itu aku hanya berdiri diam saja menghadap Om Adi.. Tampak mata Om Adi berbinar.. Memandangi tubuhku yang telanjang itu dari atas sampai kebawah.


Dalam kepanikan itu.. Aku bukannya mengambil handuk itu, tapi aku malah berjalan menuju kelemari.. Karena aku berniat segera mengambil baju, belum sempat aku membuka lemari.. Tiba-tiba Om Adi sudah dibelakangku..


Segera ia memegang kedua bahuku.. Dan mendorong aku ke lemari.. Sehingga badanku dihimpit olehnya ke lemari.. Lalu dengan ganasnya Om Adi mulai menciumi belakang leherku, terdengar nafasnya yang memburu.. Aku meronta kecil.. Dan


“Jangan.. Jangan Om..” seruku, tetapi tampaknya Om Adi tidak peduli..


Ia terus menciumi leherku dari belakang dan tangannya segera mengelus-elus piinggiran tubuhku, aku mengelinjang kegelian.. Ciuman dan jilatan Om Adi membuat aku berhenti meronta dan membiarkan ciuman Om Adi yang makin lama makin kebawah..


Kepunggungku dan akhirnya sampai kebongkah pantatku.. Nggk.. Aahh.. Aku hanya bisa mendesah saja dengan tubuh merinding ketika Om Adi menyapu bongkah pantatku dengan lidahnya.. Tiba-tiba Om Adi merenggangkan kedua pahaku dan terasa lidahnya segera menjilati bibir vaginaku dari belakang..


Wowww.. Oohh.. Nikmat.. Sekali.. Sehingga tanpa sadar aku menungging-in sedikit pantatku kebelakang sampai kakiku berjinjit.. Aahh.. Nggkk.. Auuhh.. Rintihku dengan mata terpejam.. Dan kedua tanganku hanya bisa menahan tubuhku ke lemari.


“Aah.. Jangan.. Om.. Aakkhh” desisku ketika Om Adi membuka belahan pantatku dan segera lidahnya menjilat habis lobang pantatku..


Aku benar-benar merasakan nikmat atas permainan lidah Om Adi.. Sehingga tanpa sadar aku mengoyang-goyangkan pinggulku. Om Adi tampak mengetahui betul kalau aku sudah terangsang hebat, dan dia tidak sungkan-sungkan menjilati cairan yang keluar dari liang kemaluanku, akupun semakin lupa diri..


Tidak peduli siapa itu Om Adi, bahkan aku mengulurkan kedua tanganku kebelakang dan membuka belahan pantatku.. dalam hatiku “Jilat.. Jilat omm.. Jilatin seluruhnya”, dan tampaknya Om Adi mengetahui keinginanku.. Iapun segera menyapu lobang pantatku lagi sampai ke vaginaku dengan lidahnya..


Aku hanya bisa mengigit bibirku dengan mata terpejam menikmati permainan lidah Om Adi, terkadang aku harus berjinjit tinggi agar Om Adi leluasa menjilati vaginaku, emang kedua kakiku mulai terasa pegal dan lemas, tetapi aku tidak mau permainan ini berakhir, beberapa kali aku sempat menjerit kecil ketika lidah Om Adi mencolok-colok liang vaginaku.. Oohh.. Aahhkk.. Mhmm..


Lalu Om Adi bangkit berdiri dan dengan masih menciumi serta menjilati punggungku.. Kedua tangannya segera meremas-remas buah dadaku dari belakang, beberapa kali tubuhku tersentak nikmat ketika kedua puting payudarku dipijit-pijit oleh jari-jari Om Adi.. Oohh.. Nikmat sekali..


Tiba-tiba Om Adi memegang tangan kananku.. Dan dibimbingnya tangan kananku sehingga menyentuh celana Om Adi.. Terasa ada benda keras dibalik celana Om Adi itu.. Aku pun secara refleks segera merema-remas benda itu..


Dan mengurut-urutnya dari atas kebawah.. Lalu Om Adi membalikkan tubuhku, sehingga aku kini berdiri berhadapan dengan dia.. Aku tidak mau melihat wajah Om Adi, jadi sengaja aku menoleh kesamping dengan mata setengah terpejam, dan aku meringis menahan nikmat ketika Om Adi mulai menjilati kedua buah dadaku.. Dan secara bergantian mengisap-isap kedua puting buah dadaku.


Aku sudah benar-benar terangsang hebat.. Apalagi ketika jari telunjuk tangan kanan Om Adi menyodok-nyodok ke dalam liang vaginaku.. Aku semakin merenggangkan kedua pahaku.. Oohh.. Nggkk.. Desahku.. Lalu Om Adi menghentikan permainannya tampak dia membuka celana panjangnya dan melepasnya..


Kemudian celana kolor nyapun dilepas maka tampaklah batang kemaluan Om Adi yang besar, hitam, keras dan panjang itu.. Kemudian Om Adi duduk ditepian ranjang.. Aku tahu maksud Om Adi.. Dan tanpa disuruh akupun segera berlutut diantara kedua kaki Om Adi..


Tampak batang kemaluan Om Adi yang berdiri tegak dan keras sehingga tampak urat-uratnya menonjol. Segera aku mencekal batang kemaluan Om Adi dan dengan ganas aku ciumin batang kemaluan Om Adi itu.. Terdengar Om Adi sedikit mengerang sembari merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.. Akupun segera beraksi..


Kujilati batang kemaluan Om Adi itu dari pangkal sampai kekepala.. Lalu kuisap, kukulum dalam mulut sementara tangan kiriku mengelus-elus biji pelirnya terasa beberapa kali tubuh Om Adi tersentak karena nikmat.. Lalu kujilati biji pelir Om Adi.. Terdengar.. Aaahhkk.. Om Adi mengerang kenikmatan, mendengar itu aku tambah gairah.. Terus ku jilati biji pelir Om Adi itu..


Sementara tangan kananku mengurut-urut batang kemaluannya.. Semakin lama aku semakin lost kontrol.. Dengan kedua tanganku ku angkat kedua paha Om Adi sehingga kedua lutut Om Adi hampir menyentuh dadanya.. Dengan posisi demikian aku leluasa menjilati batang kemaluan Om Adi.. Dari ujung kepala sampai ke sekitar biji pelirnya..


Lalu aku menjilat semakin kebawah.. Kebawah.. Dan akhirnya ujung lidahku menyentuh dubur Om Adi yang berbulu itu.. Segera lidah ku menari-nari diatas dubur Om Adi.. Terasa sekali tubuh Om Adi beberapa kali bergetar.. Aakkh.. Oougghh.. Erangnya.. Mendengar itu aku tambah bernapsu.. Kucolok-colok lobang pantat Om Adi dengan ujung lidahku.. Semakin dalam ku julurkan lidahku ke dalam lobang pantat Om Adi..


Semakin bergetar tubuh Om Adi terasa beberapa kali batang kemaluan Om Adi yang ku kocok berdenyut-denyut rupanya Om Adi sudah tidak tahan.. Lalu ia memegang tanganku dan membimbing ku naik ke atas ranjang..


Aku disuruh menungging diatas ranjang.. Rupanya Om Adi menginginkan dogystyle.. Ah itu yang aku sukai.. Tetapi bagaimana kalau Om Adi menginginkan anal sex.. Ah.. Aku tidak membayangkan batang kemaluan Om Adi yang besar dan panjang itu masuk ke dalam duburku.. Oohh mudah-mudahan jangan.. harapku.


Sebelum mencobloskan batang kemaluannya.. Om Adi sekali lagi memperhatikan bentuk kemaluanku dari belakang, aku pun menanti penuh harap.. Dan akhirnya terasa batang kemaluan Om Adi menempel dibibir vaginaku dan masuk perlahan-lahan ke dalam liang kemaluan ku.. terasa seret.. tapi.. nikmat.


Oohh.. Nggk.. Ahh.. Desisku ketika seluruh batang kemaluan Om Adi amblas.. Lalu ia mulai melakukan gerakan erotisnya.. Ahh.. Nikmat sekali.. Dan aku benar-benar mencapai klimaks dalam posisi demikian.. Rupanya Om Adi belum klimaks juga..


Lalu ia menyuruh aku berbaring miring.. Sementara dia berada dibelakang punggungku.. Aku segera menekuk kedua lututku.. Dan membiarkan Om Adi mencobloskan batang kemaluannya ke dalam vaginaku..


Ooucch.. Aahh.. Nikmat sekali.. Dalam posisi demikian tangan kanan Om Adi leluasa meremas-remas buah dadaku dari belakang.. Hentakan Om Adi makin lama makin keras dan cepat.. Aku tahu kalau Om Adi hampir klimaks..


Tetapi aku enggak mau dia mengeluarkan air maninya dalam vaginaku.. Lalu aku memegang pinggul Om Adi.. Dan otomatis Om Adi menghentikan gerakannya.. Lalu aku mencopot batang kemaluan Om Adi dari vaginaku.. Dan dengan gesit akupun berlutut disamping Om Adi..


Tampak Om Adi tersenyum.. Tapi aku tidak peduli.. Aku segera menjilati batang kemaluan Om Adi yang berlendir itu.. Lalu kuisap-isap batang yang keras dan berurat itu.. Ooh.. Nggkk.. Aakk.. Om Adi mengerang keenakan..


Dan aku semakin mempercepat gerakan kepala ku naik turun, beberapa kali Om Adi mengerang sembari mengeliat, ternyata Om Adi ini kuat juga pikirku.. Lalu aku membasahi telunjuk tangan kiriku dengan ludahku, setelah itu kucucukan telunjuk jari ku itu ke dalam dubur Om Adi..


Tampak tubuh Om Adi sedikit tersentak ketika aku menekan jariku lebih dalam lagi kelobang pantat Om Adi.. Rupanya Om Adi merasakan nikmat luar biasa dengan isapanku pada batang kemaluannya dan sodokan jari ku di anusnya..


Hingga.. Aaahh.. Aaakkhh.. Om Adi mengerang hebat bersamaan dengan menyemburnya air mani Om Adi dalam mulutku.


Crott.. Croot.. Banyak sekali.. Akupun rada gelagapan.. Sehingga sebagian air mani Om Adi aku telan.. Sengaja aku mencabut jariku dari lobang pantat Om Adi secara perlahan-lahan dan hal ini membuat semburan air mani Om Adi tidak dapat ditahan, lalu aku melepas batang kemaluan Om Adi dari dalam mulutku.. Tampak sedikit sisa-sisa air mani Om Adi keluar.. Dan aku segera menyapu dengan lidahku cairan kental itu..


“Hebat.. Hebat.. Sekali kau Dik Nia..” puji Om Adi, aku hanya tersenyum saja.


Lalu Om Adi bangkit dan kembali mengenakan celananya..


“Kamu tidak akan menceritakan kejadian ini sama siapa-apa kan?” tanya Om Adi yang memandangiku yang masih duduk berlutut diatas ranjang, lalu Om Adi menjulurkan tangannya dan menyeka sudut bibirku dari sisa airmaninya, aku hanya tersenyum saja.. Dalam hati.. Gila.. Mana mungkin aku cerita ke siapa-siapa.. Bertemu dengan dia lagi juga aku ogah.. pikirku.


Dan begitulah ceritanya.. Setelah kejadian itu aku tidak mau berkunjung ke rumah kawanku itu.. Walau sampai sekarang aku masih berteman baik dengan Melly, memang beberapa kali Om Adi menelphonku.. Tetapi aku menghindar.. Bagiku itu hanya sebuah pengalaman saja.. Dan akupun tidak mau mengulang pada orang yang sama.. Kecuali pada tunanganku..

Cerita Dewasa Terbaru - Bercinta dengan Gadis SMA dan Pembantuku

Cerita Dewasa Terbaru - Bercinta dengan Gadis SMA dan Pembantuku
Selesai membersihkan badan, aku menuju ruang tamu untuk menonton bola. Beberapa tetanggaku, seperti biasa, datang satu persatu untuk menemaniku menonton. Sudah seperti layar tancap, ramai sekali.

Cerita Dewasa Terbaru - Menikmati Pacar Saudaraku

Cerita Dewasa Terbaru - Menikmati Pacar Saudaraku
Namaku Luntung, seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta ternama di Jogja. Aku mempunyai saudara kembar, tetapi tidak identik. Saudara kembarku bernama Luntang, dan dia berkuliah di tempat yang sama denganku saat ini.


Sebelum kuliah di Jogja, Luntang sempat kuliah di Jakarta. Di sana, dia mempunyai seorang pacar bernama Windy. Setelah setahun kuliah, Luntang dan pacarnya ini tidak betah, sehingga mereka pindah kuliah di Jogja.


Ketika pertama kali aku bertemu Windy, aku terpana dengan parasnya yang cantik dan bodynya yang aduhay. Aku merasa Luntang sangat beruntung mendapatkan pacar seorang gadis cantik seperti Windy. Memang, Luntang bercerita bahwa Windy merupakan rebutan cowok-cowok di kampusnya dulu. Ketika bersalaman dengannya, aku tidak dapat melepaskan pandangan dari wajahnya yang sangat cantik dan imut itu.


Setelah perkenalan pertama dengan Windy, sosoknya selalu terbayang dalam benakku. Apalagi, sekarang Windy sering main ke rumah (o iya, aku dan Luntang tinggal berdua di sebuah rumah di Jogja). Setiap Windy datang ke rumah, aku pasti merasa deg-degan. Seakan-akan Windy adalah pacarku sendiri (apa karena Luntang dan aku kembar, jadi aku merasakan hal ini ya?). Kadang-kadang, Luntang dan Windy suka berduaan di kamar Luntang, dan aku sering mendengar mereka cekikikan berdua di kamar. Aku jadi merasa iri dengan Luntang. Aku belum pernah punya pacar sejak dulu. Memang dibanding Luntang, aku anaknya lebih pendiam dan tidak peduli dengan suatu hubungan seperti itu.


Suatu kali, Luntang sedang pergi keluar kota bersama teman-temannya untuk beberapa minggu (hampir sebulan kalau tidak salah). Windy tetap di Jogja, karena dia mengambil semester pendek. Aku sempat merasa agak kesepian juga di rumah, karena aku hanya sendirian saja. Apalagi kalau Luntang tidak di sini, berarti Windy juga nggak akan datang ke rumah aku kan?


Nah, pada suatu siang di rumah, tiba-tiba aku seperti mendengar suara motor Windy dari kejauhan. “Ah, aku pasti terlalu merindukan kehadiran Windy”, pikirku, sampai suara motor lewat pun aku sangka suara motor Windy.


Eh, ternyata suara motor itu memang menuju ke rumahku, and guess what, itu memang Windy! Dia mengenakan kaos ketat berwarna oranye-biru, dan celana jeans ngatung yang juga ketat. Sunggu menggairahkan sekali penampilannya saat itu. Aku gembira campur bingung, kenapa Windy datang ke sini, padahal Luntang kan lagi pergi?


“Halo Luntung.. Sendirian aja ya di rumah? Kasian, ditinggal Luntang sendirian. Pasti sepi ya?”, kata Windy sambil menuntun motornya masuk.


“Iya nih Win, sendirian terus tiap hari. Kamu tumben dateng ke sini? Ada angin apa Win?”


“Ini No, aku mau ngambil catetanku yang dulu dipinjem Luntang. Soalnya ada perlu buat semester pendek.”

“Ooo.. kalo gitu masuk aja Win. Aku kurang tau di mana Luntang nyimpen catetanmu. Liat aja di kamarnya.”, jawabku lagi.

Windy pun masuk ke kamar Luntang dan mencari catetannya di laci meja komputer Luntang. Sepertinya dia memang sudah tau kalau Luntang menyimpannya di sana. Untuk membuka laci itu, dia mesti agak membungkuk. Ketika membungkuk, bagian belakang baju kaosnya agak terangkat, dan tampaklah olehku punggungnya yang putih mulus. Wahh.. walaupun hanya sedikit yang tampak, tapi itu sudah membuat pikiranku melayang dan otomatis penisku pun ikut berdiri.


“Udah dapet nih No, catetannya.”, kata Windy kepadaku.


“Oh, di sana ternyata dia simpen ya? Oke deh. Itu aja yang perlu Win?”, kataku dengan agak sedikit kecewa, karena kalau memang hanya itu tujuan dia ke sini, berarti dia udah mau balik dong..?


“Iya, ini aja. Aku pulang dulu deh ya No.”

Yaahh.., sebentar banget aku sempat ketemu dengan Windy, pikirku.:((Kemudian Windy keluar menuju motornya. Di depan motornya aku melihat dia menggantungkan sebuah tas yang agak besar.


“Bawa apaan tuh Win?”, tanyaku sama Windy.

“Oh, ini? Sebenarnya setelah ini aku bukan mau pulang sih. Aku rencananya mau ke tempat temenku. Numpang mandi. Abis, air di kosku lagi habis. Sumurnya kering No. Wah, jadi ketauan deh kalo aku belum mandi nih.. Jadi malu..”, kata Windy dengan agak malu-malu.


Wah.., kesempatan nih!


“Kenapa nggak mandi di sini aja Win? Airnya banyak kok di sini. Daripada repot-repot ke tempat temenmu lagi. Gimana? Mau?”, cecarku dengan penuh semangat (campur nafsu:)


“Mmm.., nggak apa-apa nih No?”, tanya Windy agak ragu.

“Nggak apa-apa kok. Bener. Suwer. Samber geledek.”, jawabku dengan sedikit bercanda.


“Ya oke deh kalo gitu. Aku numpang mandi ya..”


Yess.. Akhirnya aku punya kesempatan untuk bersama Windy lebih lama lagi.. Windy langsung masuk lagi menuju kamar mandi. Aku hanya dapat membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar mandi itu. Aku membayangkan Windy membuka baju ketatnya, dan melepaskan celana jeansnya. Aku membayangkan bagaimana tubuh seksi Windy hanya berbalutkan BH dan celana dalam saja. Hhhmm.. penisku langsung tegang dengan sendirinya tanpa perlu kusentuh. Sedang enak-enak melamun, tiba-tiba pintu kamar mandi Windy terbuka. Oh, ternyata Windy masih mengenakan pakaiannya, tidak seperti dalam bayanganku.


“Luntung, aku bisa pinjem handuk nggak? Aku lupa bawa nih. Sori ya ngerepotin.”

“Oh, nggak apa-apa. Ntar ku ambilin.”

Ketika aku memberikan handukku kepada Windy, terlihat tali BH Windy yang berwarna hitam di bahunya. Walaupun itu hanya seutas tali BH di bahu, tapi itu sudah cukup untuk membuatku berimajinasi yang bukan-bukan tentang Windy.


“Makasih ya Lun..”, wah, suaranya benar-benar bisa membuatku terbang ke langit ketujuh..


“eh, iya..”, jawabku.


Lalu Windy masuk kembali ke kamar mandi. Tak lama kemudian sudah terdengar suara cebyar-cebyur air. Aku tak dapat berhenti membayangkan tubuh Windy yang telanjang.. Kulitnya pasti mulus..., putih..., dan badannya sangat seksi sekali.. mmhh.. aku tak kuasa untuk menahan nafsuku... Aku masuk ke kamar, dan masuk ke kamar mandiku (letaknya tepat di sebelah kamar mandi tamu tempat Windy mandi).


Di dalam kamar mandi, aku langsung melepaskan seluruh pakaianku dan menikmati tante rosa (tangan tengen ro sabun). Aku memegang penisku yang sudah sangat tegang (rasanya belum pernah “dia” sebesar ini. Bayangan akan Windy benar-benar telah membuatnya sangat keras). Dengan sedikit sabun, aku mulai meremas-remas penisku, dan pelan-pelan mulai mengocoknya maju-mundur... mm... aku membayangkan ini adalah tangan Windy yang mengocok penisku… oohh Windy… andaikan kamu mau mandi bersamaku di sini… hhmm… Imajinasiku telah melayang ke mana-mana. Sedang asyik-asyiknya onani, tiba-tiba pintu kamar mandiku diketuk dari luar.


“Luntung… Kamu lagi mandi ya? Sori mengganggu lagi. Kamu ada sabun cuci muka nggak? Aku lupa bawa tadi...”, terdengar suara Windy memanggil.


Aku kaget! Wah, mana udah mau klimaks, eh Windy ngetuk pintu. Buyar deh imajinasiku yang sudah kubangun dari tadi. Wah, pasti Windy sudah pakai baju lengkap lagi seperti tadi, tidak telanjang seperti dalam bayanganku. Tapi nggak apa-apa deh, kan aku bisa ngeliat Windy lagi jadinya. Aku lingkarkan handuk di pinggangku untuk menutupi penisku yang tegang, lalu aku ambilkan sabun cuci mukaku untuk Windy.


“Ini Win, sabun cuci mukanya”, kataku sambil membuka pintu.


Wahh… ternyata Windy hanya mengenakan handukku yang kuberikan tadi, bukannya berpakaian lengkap! Rejeki lagi nih! Dengan balutan handukku yang tidak terlalu lebar itu, tampak kulitnya yang benar-benar putih mulus. Handukku hanya menutupi dari dadanya sampai sekitar 15 cm di atas lututnya. Tampak olehku pahanya yang begitu indah. Rambutnya yang basah juga memberi efek yang membuatnya semakin kelihatan seksi. Tanpa bisa dibendung, penisku menjadi semakin tegang lagi!

“Makasih Lun… Wah, bener-bener sori ya, jadi ngeganggu mandimu...”, kata Windy lagi.

“Ehm..., nggak apa-apa kok Win.”, jawabku terbata-bata karena nggak kuat menahan nafsuku.

Tanpa kusadari, penisku semakin menyembul dan membuat handukku hampir copot. Jarakku dengan Windy waktu itu sangat dekat, sehingga penisku yang sudah berdiri itu menyentuh bagian perut Windy (penisku dan perut Windy sama-sama masih tertutupi handuk). Windy kaget, karena ada sesuatu yang menekan perutnya.

“Eh, aku mandi lagi ya No.”, kata Windy buru-buru dengan muka yang memerah. Sepertinya dia malu campur bingung.


“Mmm, iya…, aku juga mau mandi lagi”, jawabku juga dengan penuh malu.

Windypun kembali ke kamar mandinya, dan aku juga masuk lagi ke kamar mandiku.

Di dalam kamar mandi aku berpikir, apa kira-kira tanggapan Windy atas kejadian tadi ya? Apa dia akan lapor ke Luntang kalau aku berbuat kurang ajar? Apa dia marah sama aku? Atau apa? Aku jadi takut.. Setelah termenung beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan apa yang kukerjakan tadi. Masalah nanti ya urusan belakangan. Baru saja aku mau mulai untuk onani lagi, pintu kamar mandiku diketuk lagi.


“Luntung…, sori mengganggu lagi. Aku ada perlu lagi nih”, kata Windy dari luar.


“oh iya, bentar…”


Sekarang aku pakai CD dan celana pendekku. Aku nggak mau terulang lagi kejadian memalukan tadi. Aku keluar dari kamar mandi.


“Ada apa Win? Apa lagi yang ketinggalan? Mau pinjem CD?”, candaku pada Windy.


“Ah, kamu ada-ada aja.”, kata Windy sambil tertawa. Hhh…, manis sekali senyumannya itu..


Btw, dia masih mengenakan handuk seperti tadi. Seksi…!

“Gini Lun... Waktu aku minjem sabun cuci muka tadi, aku tau kalo kamu sempat.. mm… apa ya istilahnya? Terangsang?”, kata Windy.


“Hah? Apa? Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti?”, tanyaku pura-pura bego.


“Nggak apa-apa kok No. Nggak usah malu. Kuakui, aku tadi juga sempat membayangkan ‘itu’ mu waktu aku masuk kamar mandi lagi. Aku bahkan hampir saja mau... mm… masturbasi sambil mbayangin kamu. Tapi kupikir, ngapain pake tangan sendiri, kalo ‘barang’nya ada di sebelah? hehe”, jawab Windy.


“Hhhaahh? Apa maksudmu Win? Aku jadi makin bingung? Aku nggak”
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Windy sudah meraba penisku dari luar celana pendekku.

“Ini yang kumaksud, Luntung! Burungmu yang tegang ini! Aku menginginkannya!”, kata Windy sambil terus meraba-raba dan meremas penisku.

“hhmm…, Win… kamu...”

“Luntung... Walaupun aku pacarnya Luntang, kamu nggak usah malu begitu. Sejak bertemu denganmu di Jogja ini, aku selalu membayangkanmu dalam setiap fantasi seksku. Bukannya aku nggak cinta Luntang. Tapi dengan membayangkan sesuatu yang ‘tabu’, biasanya aku selalu menjadi begitu terangsang, dan selalu kuakhiri dengan masturbasi sambil membayangkan bercinta dengan saudara kembar pacarku sendiri.
Luntung... saat ini sudah lama kutunggu-tunggu. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya mengulum burungmu dalam mulutku. Bagaimana rasanya memainkan burungmu dalam vaginaku... hhmm... You’re always on my fantasy, Luntung...”, cerocos Windy sambil semakin kuat meremas penisku (masih dari luar celana pendekku).

“Ohh.., oohhmm.., Windy.. Aku.., juga.. selalu membayangkanmu dalam setiap onaniku.
Aku nggak tahan melihat kecantikan dan keseksianmu, sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Aku cemburu dengan Luntang. Aku selalu membayangkan tubuhmu yang putih, halus, lembut, dan seksi ini.. Aku menginginkanmu Windy..”, jawabku sambil meraba bahu dan tangannya yang begitu halus dan lembut.


Kemudian tanpa berpikir lagi, kuraih rambutnya dan kutarik mukanya ke mukaku, lalu kucium Windy dengan buas. Kulumat bibirnya yang merah dan mungil itu. Inilah pengalaman pertamaku mencium wanita. Rasanya benar-benar nikmat sekali. Apalagi tangannya masih terus meremas penisku yang sudah berdenyut-denyut dari tadi.


“Hmmpp…, mmhhmmhh…”, Windy juga membalas ciumanku dengan lumatan bibirnya dan lidahnya bermain-main di dalam mulutku.


Aku terus menghisap bibir dan lidahnya, dan tanganku mulai meraba payudaranya yang masih tertutup handuk. Payudaranya cukup besar. Belakangan kuketahui ukurannya 34B. Terasa putingnya yang mengeras dari balik handuk.


“Ohh…Luntung…remas susuku! Remas, Luntung... Ohhmmhh...”,
Desahan Windy di telingaku, semakin membuatku bernafsu… Tanpa pikir panjang, langsung kulepaskan handuk Windy, sehingga tampaklah di depan mataku keindahan tubuh telanjang Windy yang selama ini hanya ada dalam fantasiku.

“Windy… kamu sunguh-sungguh cantik... Aku menginginkanmu…”.

Aku pun langsung menerkamnya dan tanpa membuang waktu langsung kuhisap payudaranya yang bulat dan padat itu. Sebelumnya aku hanya dapat membayangkan betapa indahnya payudara Windy yang sering mengenakan kaos ketat itu. Bahkan pernah sekali dia mengenakan kaos ketat tanpa BH, sehingga tampak samar-samar putingnya yang merah olehku waktu itu.

“Luntung... Mmmhhmm… Kamu benar-benar hebat Luntung... Bahkan Luntang tidak pernah bisa membuatku jadi gila seperti ini... Ooohh… hisap putingku Luntung. Jilat… Ahh…” jerit Windy yang sudah benar-benar penuh nafsu birahi itu.

Aku terus menjilati dan menghisap payudaranya, dan sekali-sekali kugigit karena gemas, sehingga payudaranya menjadi merah-merah. Tapi Windy tidak marah, malah sepertinya ia sangat menikmati permainan mulutku.

Bosan bersikap pasif, Windy pun melepaskan celana pendekku dengan penuh nafsu, sehingga tampaklah olehnya penisku yang sudah berdiri tegak hingga keluar dari pinggang celana dalamku.


“Besar sekali burungmu Luntung! Wow.... Lebih besar dari pacarku yang dulu. Bahkan lebih besar dari punya Luntang! Kukira punya sudah yang terbesar yang ada!”, puji Windy dengan mata berbinar ketika melihat penisku.


Windy menarik CDku hingga lepas, berlutut di depan penisku dan langsung menjilati telorku yang penuh bulu itu.

“Aahhmm... enak sekali Windy...! mmhhmm... Kamu memang hebat sekali...”,
aku meracau kenikmatan sambil terus membelai rambutnya yang indah.


“oohhmm... aku suka sekali burungmu Luntung.. besar, panjang, dan hitam... oohhoohhmm...”,


Windy memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil, dan menghisapnya dengan kuat.

“Ahh..., Windy... AAhhmmhh...”, aku benar-benar dalam puncak kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan onani hanyalah sepersekian dari kenikmatan dihisap dan dijilat oleh mulut dan lidah Windy yang sedang mengulum penisku ini.

Windy dangan penuh semangat terus menghisap penisku, dan karena ia memaju mundurkan kepala dan badannya dengan kencang, tampak olehku payudaranya bergoyang-goyang kesana kemari.


Ketika aku hampir mencapai klimaks, langsung kutarik penisku dari mulutnya, dan kupeluk Windy erat-erat sambil menjilati dan menciumi seluruh mukanya. Mulai dari keningnya, matanya, hidungnya yang mancung, pipinya, telinganya, lehernya, dagunya, dan kuteruskan ke bawah sampai akhirnya seluruh tubuhnya basah oleh air liurku dan di beberapa tempat bahkan sampai merah-merah karena hisapan dan gigitan gemasku. Windy benar-benar menikmati perlakuanku terhadap tubuhnya, terutama ketika aku menjilati dan menghisap daun telinganya. Dia benar-benar merinding ketika itu.

“oohh Luntung…, kamu hebat sekali.. Belum pernah ada sebelumnya yang bisa membuatku orgasme tanpa perlu menyentuh vaginaku. Ohhmm… you’re the greatest...!”, kata Windy lagi. Setelah beristirahat sejenak, aku mulai menjilati vagina Windy.

“Luntungohh… nikmat sekali... kamu hebat sekali memainkan lidahmu... mmhhmm... aahhgghh…”, Windy benar-benar menikmati permainan lidahku yang mengobok-obok vaginanya dengan buas.

“Windy..., boleh aku memasukkan penisku ke dalam” belum selesai kata-kataku, Windy langsung memotong.

“Nggak usah minta ijin segala, masukin burungmu yang gede itu ke vaginaku cepat, Luntung!”, potong Windy sambil memegang penisku dan mengarahkannya ke lobang vaginanya.


“Ahh.. sempit sekali Windy.. Mmmgghh..”, vaginanya benar-benar menjepit penisku dengan kencang sekali, sehingga sensasi yang kurasakan menjadi benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata. Pokoknya enak banget!!

“Ooohh Luntung.. burungmu besar sekali!! HHhhmmhh.. aahh.. nikmat sekali Luntung!”


Perlahan-lahan, aku pun mulai menggoyangkan pantatku sehingga penisku yang gede dan hitam mulai mengocok-ngocok vaginanya. Windy pun juga menggoyangkan pantatnya yang putih mulus itu sehingga makin lama goyangan kami menjadi semakin cepat dan buas.


“Luntungahh... hh... hh... hh... aku suka burungmu! mmhh… lebih cepat, cepat… keras… aku... hhoohhmmhh...”, racauan Windy makin lama makin tidak jelas.


“Aku hhaammpir keluuaar... Winddyy... hhmmhh...”, campuran antara goyangan, desahan, dan tampang Windy yang benar-benar seksi dan penuh keringat itu sangat merangsangku sehingga membuatku nggak tahan lagi.

“Keluarkan di dalam saja, Luntung... Aku jugaa… mauu… sampai... hh...”.

“AAHHMMHH... AARRGGHH... OOHHMMHH… NIKMAAT SEKAALLII... AAHHMMHH…!!” kami berdua mencapai klimaks pada saat yang bersamaan.

Setelah permainan yang dahsyat itu, kami sama-sama terlelap di kamarku.

Sewaktu terbangun ternyata hari sudah malam. Windy langsung pulang karena takut kos-kosannya sudah dikunci kalau kemalaman. Tapi kami berjanji untuk bertemu lagi esok hari, karena kami berdua masih ingin melanjutkan hubungan yang “tabu” ini. Kami sama-sama menikmatinya. Hehehe…
loading...

Pembaca Setia

Label

Arsip Blog